Upacara HSN, Santri Teatrikal Perangi Penjajah
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Santri Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kota Probolinggo menggelar aksi teatrikal perang melawan penjajah di lingkungan pesantren. Teatrikal dilakukan saat upacara Hari Santri Nasional ke-2, 22 Oktober 2016.
Dalam teatrikal itu ditunjukkan, perang santri melawan penjajah dilakukan setelah ada fatwa dan resolusi jihad Nahdlatul Ulama (NU). Muslim yang berada dalam radius 90 kilometer dari Surabaya (lokasi perang), wajib berjihad.
Sedangkan bagi muslim yang berada di luar radius 90 kilometer, kewajiban berjihad berlaku jika penjajah belum bisa dikalahkan.
Dalam teatrikal, santri Riyadlus Sholihin menggunakan alat alakadarnya. Pelepah pisang disulap menjadi senjata api mainan. Air dalam kantong plastik, diibaratkan granat yang dilempar ke arah penjajah.
"Saya sangat mengapresiasi sosiodrama yang ditunjukkan. Ini jadi pengingat arti perjuangan santri melawan penjajah, dan harus dihayati dalam konteks kekinian," kata Kasdim 0820 Probolinggo, Mayor Infanteri Teguh, yang jadi inspektur upacara.
Dalam kesempatan itu, Kasdim meminta santri menjaga arti perjuangan tersebut. "Jangan dicoreng arti perjuangan seperti yang ditunjukkan dalam sosiodrama tadi," pinta pria yang belum sebulan menjabat itu.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Hadi Zainal Abidin mengatakan, perjuangan santri tidak hanya dilakukan di masa penjajahan. Di era sekarang, perjuangan santri dapat dilihat dalam pembangunan dan support pada pemerintah.
"Santri berperan menyebarkan ajaran toleran dan merawat kerukunan umat beragama," kata pria yang juga anggota DPR-RI tersebut.
Dengan peringatan hari santri yang ke-2, Hadi berharap perhatian pemerintah terhadap pesantren lebih ditingkatkan lagi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |