Peristiwa Daerah Hari Santri Nasional 2016

Ketua DPRD Jatim Dorong Resolusi Jihad Masuk Kurikulum Pendidikan Sejarah

Jumat, 21 Oktober 2016 - 21:36 | 27.31k
Ketua DPRD Jatim, Abdul Halim Iskandar, saat menjadi pembina upacara dalam pembukaan Kemah dan Festival Santri di Lapangan Kecamatan Bangsalsari, Jember. (Foto: Mahrus/ TIMES Indonesia)
Ketua DPRD Jatim, Abdul Halim Iskandar, saat menjadi pembina upacara dalam pembukaan Kemah dan Festival Santri di Lapangan Kecamatan Bangsalsari, Jember. (Foto: Mahrus/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Santri Nasional 2016

TIMESINDONESIA, JEMBER – Ketua DPRD Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, mendorong materi resolusi jihad dimasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan sejarah yang diajarkan di lembaga sekolah. 

Sebab, menurutnya, momentum resolusi jihad merupakan sejarah perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah yang diserukan para ulama, sehingga wajib diketahui oleh generasi penerus bangsa.

"Saya kira itu keniscayaan. Karena NKRI tidak akan ada tanpa NU. Dan tidak akan pernah ada NKRI jika tak ada resolusi jihad. Jadi secara makronya begitu," katanya, usai membuka pelaksanaan Kemah dan Festival Santri di Lapangan Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jum'at (21/10/2026).

Untuk di ketahui, Kemah dan Festival Santri ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang bertepatan pada 22 Oktober 2016.

Menurut Pak Halim, sapaannya, resolusi jihad merupakan seruan yang dikeluarkan Nahdlatul Ulama (NU) yang ditujukan kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia untuk berjuang membela tanah air dari penguasaan kembali pihak Belanda dan asing lainnya setelah Proklamasi Kemerdekaan RI.

"Seruan itu, dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 sebagai buah keputusan yang dihasilkan dari rapat besar Konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, pada 21-22 Oktober di Surabaya," terangnya. 

Melalui konsul-konsul yang datang ke pertemuan tersebut, sambung Pak Halim, seruan itu kemudian disebarkan ke seluruh lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di seluruh pelosok Jawa dan Madura. 

"Karena di saat Negara sudah capek menghadapi penjajah dan kehabisan anggaran, kemudian tentara sudah kehabisan tenaga. Maka tidak ada jalan lain untuk melawan penjajah selain gerakan perlawanan rakyat. Dan resolusi jihad adalah sebuah seruan ulama untuk menggerakkan rakyat," paparnya. 

Pak Halim menambahkan, beberapa ahli sejarah menyebutkan, jika resolusi jihad NU merupakan cikal-bakal terjadinya pertempuran 10 November di Surabaya. Pada pertempuran tersebut, perlawanan rakyat menunjukkan kekuatannya dalam melawan upaya penguasaan kembali Indonesia dari tangan penjajah.  

"Bahkan ahli sejarah ada yang menyebutkan jika pertempuran 10 November bukan merupakan pertempuran, melainkan perlawanan rakyat karena memang tidak ada Panglima-nya. Jadi yang menggerakkan murni seruan para ulama tersebut," ucapnya.

Pak Halim menambahkan, resolusi jihad adalah segmen sejarah perjalanan Indonesia yang wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sejarah di lembaga-lembaga sekolah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ardiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES