Wisata

Pelabuhannya Punya Pabrik Es yang Sempat Mau Ditutup

Senin, 17 Oktober 2016 - 13:05 | 161.39k
Senja di Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. (Foto:Erwan Widyarto/CoWasJP for TIMES Indonesia)
Senja di Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. (Foto:Erwan Widyarto/CoWasJP for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEPARA – Karimunjawa makin dikenal wisatawan. Sekitar 10 ribu wisatawan menghubungi pulau ini setiap bulannya. Kepulauan yang masuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini memiliki 27 pulau. Hanya lima pulau yang berpenghuni. Mengenal gugusan pulau ini tentu menarik. Berikut catatan selama tiga hari dua malam berada di Karimunjawa.

Pelabuhan dan es batu. Dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Apalagi untuk pelabuhan perikanan. Balok-balok es merupakan sarana vital bagi para nelayan untuk menjaga kualitas dan kesegaran hasil tangkapannya. Sayangnya tidak banyak --atau barangkali tidak ada-- pelabuhan perikanan di negeri ini yang memiliki pabrik es guna mendukung para nelayan. Kecuali, yang ada di Karimunjawa ini.

Beruntung, saya diajak mampir melihat langsung pabrik es di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah di Karimunjawa ini. Mampir, karena tujuan utama saya ke Karimunjawa adalah diajak DKP Provinsi Jateng dan KAGAMA Jepara untuk sharing pengelolaan sampah pesisir. Bahasa kerennya peningkatan kualitas lingkungan pulau terluar. Kegiatan nya di Pulau Nyamuk, dua jam perjalanan laut dari Karimunjawa.

erwan-1IlG0y.jpg

Penulis saat berada di pelabuhan ikan pantai Karimunjawa. (Foto: Erwan for TIMES Indonesia)

"Pabrik ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Produksinya untuk melayani nelayan di sini," jelas Lilik Harnadi, salah satu Kepala bidang di DKP Provinsi Jateng. Lilik pernah menjadi Kepala UPT Pelabuhan Perikanan Pantai di Karimunjawa ini.

Sembari melongok tempat produksi, Lilik menjelaskan proses pembuatan balok es di pabrik tersebut. Saya diajak masuk ke ruang pembekuan, ruang genset, hingga ruang distribusi saat balok-balok tersebut jadi. Seorang staf diminta pula memberikan tambahan informasi. 

erwan-2RBwUr.jpg

MANFAAT: Lilik Harnadi menunjukkan tempat produksi es balok di pabrik es milik UPT Pelabuhan Perikanan Pantai di Karimunjawa. (Foto:Erwan Widyarto/CoWasJP for TIMES Indonesia)

Kelihatan kalau alat-alat yang ada masih aktif digunakan. Di ruang pendinginan, saya membuktikannya dengan memasukkan tangan ke dalam lubang produksi. Masih terasa mak nyesss. Di lubang atau ruang yang ditutup papan itulah, air yang diletakkan di dalam kotak cetakan dibekukan. 

Kapasitas untuk sekali proses produksi sebanyak 96 balok es. Prosesnya memakan waktu selama 20 jam. Di dalam lubang atau ruang itu, sebanyak 96 kotak cetakan berisi air didinginkan. "Baru selesai jam 4 pagi tadi. 80 balok langsung diambil nelayan. Itu tinggal 16," jelas karyawan pabrik es tersebut sambil menunjuk "cool storage" di ruang sebelah. Masih nyesss saat saya ngetes pukul 13.00 siang. 

Balok-balok es tersebut dimanfaatkan para nelayan untuk selama 3-4 hari. Jadi, usai produksi kemarin, pabrik "libur" produksi dalam 3 hari.

erwan-3FgwcA.jpg

SIBUK: Aktivitaas sandar dan keberangkatan kapal penumpang di dekat bengkel bubut. (Foto:Erwan Widyarto/CoWasJP for TIMES Indonesia)

Balok-balok es tersebut dijual dengan harga Rp 35 ribu per batang. Jika sekali produksi ada 96 balok, maka akan didapat penghasilan sebesar Rp 3.360.000. Jika sebulan produksi 7 kali, maka akan diperoleh pendapatan sekitar Rp 23,5 juta. Sedangkan dana operasional setiap bulan sekitar Rp 10 juta. Di luar gaji karyawan dan biaya lembur yang tak tercover dalam anggaran. Maka sebenarnya secara ekonomis masih menguntungkan.

Pabrik es yang sifatnya pelayanan ini pernah dikabarkan mau ditutup. Berkaitan dengan rencana pengembangan pelabuhan di situ. Namun dengan berbagai argumen, salah satu yang utama karena sangat dibutuhkan oleh nelayan setempat, hingga sekarang pabrik tersebut masih dipertahankan. 

Tidak hanya pabrik es. Ada lagi unit kerja yang juga sangat bermanfaat bagi nelayan Karimunjawa. Yaitu bengkel bubut. Bengkel yang berlokasi di seberang kantor UPT Pelabuhan Perikanan Pantai ini sangat membantu para nelayan yang kapalnya mengalami kerusakan. "Tidak perlu ke Jepara. Bisa diperbaiki di sini. Jadi lebih hemat waktu dan biaya," jelas Lilik Harnadi.

erwan4J9oTE.jpg

Aktivitas di bengkel bubut.(Foto:Erwan Widyarto/CoWasJP for TIMES Indonesia)

Bengkel bubut itu seperti tak pernah tidur. Ada saja pekerjaan yang harus dilayani. Hari Jumat, tak lama sehabis salat Jumat, petugas di bengkel sudah mengerjakan perbaikan yang diminta seorang nelayan. Karyawan bengkel pun bekerja ditunggui nelayan.

Tak hanya itu, Sabtu malam, saat saya berkeliling menikmati 'pasar malam' di Alun-alun yang "memisahkan" bengkel dan kantor UPT, terdengar suara mesin dari dalam bengkel. Istri saya yang menjawab telepon saya di seberang, sempat protes adanya suara berisiik karena saya menelepon di depan bengkel tersebut.

Menurut informasi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sempat berkeinginan menutup bengkel tersebut. Karena bangunan bengkel tersebut dianggap menutupi pemandangan ke dermaga. Keindahan kapal-kapal penumpang maupun perahu nelayan yang sandar dan berangkat melaut, tidak bisa dilihat dari Alun-alun. 

mesin-bubutHUWm6.jpg

Lagi-lagi, berkat komunikasi dan dialog, bengkel bubut yang sangat bermanfaat bagi nelayan itu pun masih bertahan. "Dalam master plan, justru dermaga pelabuhan yang akan digeser ke tengah. Lalu ada gazebo-gazebo untuk makan. Lebih romantis dan asyik," urai Lilik.

Lulusan S2 UGM dan S3 dari Jepang ini berharap aspek pelayanan negara terhadap masyarakat tetap menjadi perhatian. Jadi, negara pun hadir kendati negara berada jauh dari tempat mereka. (bersambung)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : CoWasJP.com

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES