Indonesia Positif

Puluhan Mahasiswa Ngaji Jurnalistik di Pesantren 'Gus Dur'

Sabtu, 01 Oktober 2016 - 17:35 | 70.01k
Damanhuri Muhammad, santrawan terkenal, saat memberikan pelatihan sekolah jurnalistik di Pesantren Gus Dur, di Jakarta, Sabtu (1/10/2016). (Foto: TIMES Indonesia)
Damanhuri Muhammad, santrawan terkenal, saat memberikan pelatihan sekolah jurnalistik di Pesantren Gus Dur, di Jakarta, Sabtu (1/10/2016). (Foto: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta melajar ilmu jurnalistik di Pondok Pesantren Cianjur, Jakarta Selatan atau yang populer disebut Pesantren Gus Dur.

Acara  tersebut berlangsung Sabtu (01/10/2016), pukul 10 dan berakhir 14.00 WIB. Para pesertanya terdiri dari mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Paramadina, beberapa Universitas lainnya di Jakarta.

Hadir sebagai fasilitator pada acara tersebut sastrawan yang pernah didapuk sebagai salah satu steering board (Dewan Pengarah) Asean Literary Festival (Festival Sastra Asia Tenggara), yakni Damanhuri   Muhammad.

Dalam sekolah Jurnalistik itu, pria kelahiran Padang itu menyampaikan bahwa dalam sebuah tulisan karya ilmiah popular jangan sampai merasa puas dengan hasil ekseskusi sebuah tulisan.

"Tapi harus terus didalami hingga menemukan sebuah karya yang kaya dengan data, kaya dengan pengetahuan konseptual," jelasnya.

ajp1Gega.jpg

Peserta sekolah jurnalistik saat mengikuti pelatihan di Pesantren Gus Dur, Jakarta, Sabtu (01/10/2016). (Foto: TIMES Indonesia)

Jika perlu jelasnya, dalam menulis harus diperkaya dengan perkembangan-perkembangan mutakhir dan disajikan dengan tulisan yang lugas.

Lebih lanjut Mas Dam begitu dia karib disapa, dalam sebuah tulisan artikel jauhkan dari kata "menurut" dan menyertakan bulan atau tanggal, tatapi harus mampu memahami sebuah karya dan diterjemahkan dengan nalar fikir dan bahasanya sendiri.

Lebih detail sastrawan yang menulis buku berjudul "Darah Daging Sastra Indonesia" itu menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang mesti dimiliki oleh seorang penulis karya ilmiah popular.

Pertama, penulis harus memiliki pengatahuan konseptual terkait isu atau tema yang mau ditulis, memperkaya data, serta keterampilan artistik sebuah tulisan.

ajp-2IB1td.jpg

Damanhuri Muhammad (kanan) saat memberikan pelatihan jurnalistik di pesantren Gus Dur. (Foto: TIMES Indonesia)

"Makanya, tulisan itu harus kaya, dalam, up todate, dan bisa dicerna oleh semua kalangan atau dalam istilahnya familiarisasi. Di sinilah salah satunya dibutuhkan keterampilan artistik", jelas pria yang juga pernah menjadi Ketua Tim Juri Khatulistiwa Literary Award (KLA) itu.

Tak kalah pentingnya tambahnya, dalam sebuah tulisan harus ada yang dikristisi atau 'disapa'. Jika tidak maka tidak bisa bermonolog, dan terkesan tidak ada pesan atau kritik yang disampaikan.

"Di samping kita cermat, dan unik, menarik, dalam menentukan angle tulisan yang paling pokok dan utama adalah kekayaan bacaan, karena bisa dibilang tanpa membaca tidak mungkin bisa menulis," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-2 Editor Team
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES