Peristiwa Daerah

Tujuh Lutung Jawa Dilepasliarkan di Hutan Malang Selatan

Sabtu, 01 Oktober 2016 - 10:16 | 81.55k
Salah satu lutung jawa saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Javan Langur Center, Kota Batu, Jumat (16/9/2016) (Foto: Kompas)
Salah satu lutung jawa saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Javan Langur Center, Kota Batu, Jumat (16/9/2016) (Foto: Kompas)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebanyak tujuh lutung Jawa (trachypetecus auratus) dilepas di hutan Blok Sumur Pitu, RPH Sumbermanjing Kulon, Malang.

Pelepasliaraan tujuh lutung ini dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur dan The Aspinall Foundation Indonesiam Jumat (30/9/2016) kemarin.

Manajer Program Javan Langur Centre The Aspinall Foundation Indonesia Program, Iwan Kurniawan mengatakan, sebelum dilepasliarkan, lutung-lutung tersebut menjalani proses rehabilitasi selama 6-12 bulan di Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa, Coban Talun, Batu, Jawa Timur.

Adapun prosesi pelepasliaran dilakukan dalam dua tahap. Di mana kawanan satwa dilindungi pertama dipimpin satu ekor lutung jawa jantan berwarna oranye yang diberi nama Eman dengan anggota kelompok terdiri dari tiga ekor lutung betina.

"Kelompok kedua dipimpin seekor lutung jantan hitam keabu-abuan dengan anggota kelompok terdiri dari dua ekor lutung betina," papar Iwan dikonfirmasi usai prosesi pelepasliaran jenis satwa liar dilindungi tersebut.

Sementara itu, dari survei habitat yang dilakukan The Aspinall Foundation Indonesia Program pada 2015, di RPH Sumbermanjing Kulon tercatat sedikitnya ada 104 jenis tumbuhan tingkat pohon dan 85 persen merupakan jenis makanan lutung Jawa, sehingga kawasan tersebut dinilai sangat cocok untuk areal pelepasan lutung Jawa.

Iwan menambahkan, terhitung sejak 2012 program "Javan Langur Centre" The Aspinal Foundation Indonesia sudah melepaskan lutung sebanyak tujuh kali.

Sementara itu, dari data yang dihimpun Javan Langur Centre (JLC) diketahui bahwa lutung Jawa yang merupakan satwa primata pemakan daun endemik yang hanya tersebar di Jawa tersebut populasinya dinilai rentan.
    
Hal ini karena jumlahnya terus menurun lebih dari 30 persen sejak beberapa beberapa tahun terakhir akibat penangkapan untuk perdagangan satwa, perburuan dan makin berkurangnya habitat.
    
"Padahal kelangsungan hidup lutung jawa sangat tergantung dengan keutuhan hutan tropis baik di pegunungan, dataran rendah hingga pesisir," katanya.

Iwan menuturkan, selama kurun 2003-2014 di daerah Banyuwangi, Jember, Malang dan Mojokerto juga ditemukan kasus perburuan lutung Jawa yang diburu untuk diambil dagingnya.

Hasil investigasi The Aspinall Foundation Indonesia Program mendapati fakta bahwa daging lutung Jawa hasil perburuan ilegal itu sebagian dikonsumsi untuk campuran daging bakso, makanan pendamping minuman keras dan obat sesak nafas, kata Iwan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : Antara News

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES