Gaya Hidup International Coffee Day

Geliat Bisnis Kopi Nusantara di Gerbang Pulau Madura

Jumat, 30 September 2016 - 19:48 | 175.26k
Sejumlah mahasiswa saat menikmati kopi nusantara di kedai Kandang Kopi. (foto: Doni/TIMES Indonesia)
Sejumlah mahasiswa saat menikmati kopi nusantara di kedai Kandang Kopi. (foto: Doni/TIMES Indonesia)
FOKUS

International Coffee Day

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Pemutaran film "Filosofi Kopi" di bioskop-bioskop memberikan dampak yang signifikan terhadap pengetahuan masyarakat akan jenis-jenis kopi yang ada di Indonesia.

Terbukti, akhir-akhir ini, tradisi ngopi telah menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat secara umum. Tradisi ngopi mulai menjadi tren tersendiri khususnya di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Hal tersebut bisa dilihat dengan semakin menjamurnya warung-warung kopi, kedai atau cafe yang menyajikan berbagai macam kopi khas Nusantara di Bangkalan yang merupakan daerah yang disebut sebagai "Gerbang Pulau Madura".

Misalnya, adanya Kedai Kandang Kopi dan B-Coffe. Dua cafe ini, bisa dibilang sebagai pelopor dalam menyajikan berbagai macam kopi nusantara di Bangkalan. 

Apalagi, selama ini memang belum ada di Bangkalan, kedai khusus yang menyediakan kopi original, seperti kopi Arabika Bondowoso Republik Kopi, kopi gayo Aceh, kopi Papua, kopi Toraja dan lain sebagainya.

Pemilik kedai Kandang Kopi, Zaini Sukijan mengatakan saat ini ngopi tidak hanya sebagai gaya hidup, tapi juga jadikan sebagai alat untuk menjalin komunikasi.

Kehadiran kopi nusantara dengan cita rasa yang khas membuat kebiasaan ngopi semakin meningkat.

"Kami punya slogan, secangkir kopi sejuta cerita," ujar Zaini, Jumat (30/9/2016).

Menurutnya, ngopi tidak  hanya identik dengan aktivitas orang tua ataupun pertemuan bisnis saja. Akan tetapi, berbagai aktivitas kalangan kaum pemuda seperti nongkrong, reuni, bahkan kencanpun tidak dapat dipisahkan dari secangkir kopi.

"Kopi tidak hanya menyajikan kenikmatan tapi juga bermanfaat untuk kesehatan," imbuh Alumnus UMM Malang itu.

Sementara itu, pemilik kedai B-Coffe, Taufik Syahrawi menuturkan, pada awalnya masyarakat Bangkalan tidak memiliki budaya ngopi.

Sebab, seringkali istilah "ayo ngopi" hanya sekedar untuk kumpul-kumpul saja. Terlebih, Madura memang tidak memiliki dan memproduksi kopi seperti daerah di Jawa.

"Saya buat kedai B-Coffe bertujuan untuk mengenalkan dan memanjakan pecinta kopi nusantara," kata Mamad sapaan akrabnya.

Selama ini masyarakat Bangkalan sambungnya, untuk hanya sekedar menikmati kopi nusantara harus pergi ke Surabaya dan mengeluarkan biaya yang cukup besar. 

Sebab katanya, kedai maupun cafe di Bangkalan hanya menyediakan kopi biasa atau kopi kemasan cepat saji.

"Dampaknya luar biasa, ketika masyarakat sudah tau kalau di Bangkalan ada kopi nusantara, mereka tidak perlu lagi ke Surabaya dan kebiasaan minum kopi kemasan cepat saji mulai ditinggalkan," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES