Peristiwa Daerah

Membangun Kebersamaan untuk Bangkit Melawan HIV/AIDS

Kamis, 29 September 2016 - 10:59 | 146.60k
Sandra (kiri), saat tampil di acara forum Edutaiment Event for Promoting HIV/STI Prevention for TG Community at Jember, Rabu sore kemarin. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)
Sandra (kiri), saat tampil di acara forum Edutaiment Event for Promoting HIV/STI Prevention for TG Community at Jember, Rabu sore kemarin. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Kesadaran kelompok yang rentan terinfeksi HIV/Aids mulai tumbuh. Pada Rabu (28/9/2016) kemarin, kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, membuat forum untuk mengedukasi mereka yang rentan terinfeksi virus mematikan tersebut.

“Kami menggelar acara itu untuk membangun kebersamaan. Tujuannya agar kita selalu sehat serta mengajak teman-teman yang lain menyadari sejak dini potensi seseorang terinveksi HIV/Aids,” kata Sandra, ketua penyelenggara forum Edutaiment Event for Promoting HIV/STI Prevention for TG Community at Jember, saat diwawancarai TIMES Indonesia, Kamis (29/9/2016).

Pada agenda yang bertema “Gelar Budaya Dalam Rangka Penanggulangan HIV/Aids itu”, mereka juga mengundang kaum sejenis dari sejumlah kabupaten tetangga, yakni Banyuwangi, Bondowoso dan Kabupaten Situbondo.

Menurut Sandra, kesadaran akan bahaya HIV/Aids bagi kaum LGBT di Jember mulai terbangun. Itu sejak mereka membentuk sebuah organisasi yang dinamain Ogawa alias Organisasi Gaya Warna.

Organisasi ini secara resmi berdiri sejak dua tahun lalu pada 2014, meski eksistensinya telah ada jauh sebelumnya, sekirar 8 tahun terakhir.

“Awalnya anggota Ogawa sekitar 200 orang, namun seiring berjalannya waktu anggotanya semakin bertambah. Saat ini tercatat lebih dari 500 orang yang tergabung di Ogawa,” ujarnya.

Sandra menuturkan, kaum LGBT di Jember kian terbuka tentang resiko penyakit itu. Karena upaya-upaya kampanye dan promosi di dalam komunitas terus dilakukan.

Bahkan, para pengurus Ogawa juga melakukan pendampingan hingga di tingkat kecamatan.

“Bagi mereka yang positif dan belum tahun tentang HIV/Aids ada pendampingan. Sebab kami satu keluarga, baik yang sakit atau tidak tetap kami rangkul,” ucapnya.

“Untuk pendampingan kami juga bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Jember dan sejumlah LSM yang konsen menangani kasus-kasus HIV,” imbuhnya.

Kaum minoritas di Jember ini, Sandra berkata, sudah mulai terbuka ke lingkungan sosial mereka. Itu bisa dilihat dari eksistensi mereka di masyarakat.

Saat ini, menurut Sandra, kaum LGBT yang didominasi para waria ini tak lagi merasa minder ketika bergaul dengan kelompok masyarakat lainnya. Mereka berkeyakinan, ada kontribusi positif yang mereka sumbangkan untuk membangun kehidupan sosial dilingkungannya.

“Karena kami memang punya talenta. Saya kira tak ada lagi alasan bagi kami untuk menutup diri,” tuturnya.

Kendati begitu, Sandra tetap berharap masyarakat kian terbuka dengan komunitasnya, yakni dengan memberi kesempatan agar kaumnya ikut berperan dalam membangun lingkungan sosial mereka.

Anggota komunitas Ogawa, Muhamad Ali menuturkan, sebelumnya memang ada sekat yang memisahkan kelompok gay dan waria di Jember.

Namun semenjak berdiri Ogawa, saat ini mereka telah menyatu dan kerap membuat acara yang bernilai edukasi.

Pria yang disapa Aliya Safara ini mengaku, ada manfaat yang dirasakan komunitasnya pasca bergabung di Ogawa. Senada dengan Sandra, dia juga mengatakan teman-temannya kini mulai terbuka dan sadar akan potensi terinfeksinya penyakit mematikan tersebut.

“Sebelumnya teman-teman yang terkena penyakit lalalala (HIV/AIDS) takut mau memeriksakan diri. Tapi setelah ada pendamping jadi lebih berani, karena merasa tak lagi sendiri,” katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES