Ekonomi

Kemarau Basah, Produksi Garam di Lamongan Menurun

Selasa, 27 September 2016 - 17:46 | 52.08k
Petani garam di kawasan Brondong, Kabupaten Lamongan sedang memanen garam, Selasa (27/9/2016). (Foto: Dok. TIMES Indonesia))
Petani garam di kawasan Brondong, Kabupaten Lamongan sedang memanen garam, Selasa (27/9/2016). (Foto: Dok. TIMES Indonesia))

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Target produksi sebesar 30 ribu ton yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan, Jawa Timur, dipastikan sulit tercapai. Sebab, hujan masih saja turun di saat musim kemarau basah seperti saat ini. 

“Tahun ini hujan datang lebih cepat. Di bulan-bulan yang biasanya masih kemarau, justru turun hujan, atau kemarau basah. Hal ini menyebabkan produksi garam yang sebelumnya ditargetkan 30 ribu ton sulit untuk bisa terealisasi," ungkap Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Suyatmoko, Selasa (27/9/2016).

Disebutkannya, sampai dengan bulan September ini, realisasi produksi garam masih berkisar kurang lebih 1.000 ton. Itu jauh menurun, jika dibandingkan dengan realisasi bulan September tahun 2015 yang sudah mencapai 30 ribu ton. Sedangkan di akhir tahun 2015, dari target 30 ribu ton, bisa terealisasi 38.804 ton produksi garam.

Selain itu, untuk luasan areal produksi garam tahun mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan untuk kegatan perikanan. Luas lahan garam di Lamongan tahun 2015 mencapai 213 hektar, sementara tahun ini tinggal 200 hektar. 

Lebih lanjut, sambung, Suyatmoko, Pemkab Lamongan sebenarnya sudah mengupayakan membuat rumah prisma yang mampu memproduksi garam lebih cepat.

Saat ini, sudah ada empat unit rumah pompa yang dibangun beserta tandon airnya. Rumah prisma yang sudah ada masing-masing berukuran 49 meter persegi, dalam rumah prisma, garam akan terbentuk dalam dua hari dengan masa panen seminggu setelahnya.

"Kedepan perlu diperbanyak lagi rumah prisma untuk petani garam. Karena rumah pompa ini jauh lebih efektif dan efisien dibanding dengan produksi garam di tempat terbuka yang harus menunggu hingga 40 hari. Itupun baru bisa dipanen dua minggu setelah garam terbentuk," katanya. 

Ditambahkan olehnya, pada setiap meter persegi rumah prisma, mampu menghasilkan 1 kilogram garam. Harga garam saat ini sebesar Rp 500 perkilogram.

"Harga ini termasuk tinggi karena biasanya hanya Rp 200 perkilogram, bahkan jika produksi banyak bisa hanya Rp 150 perkilogram," tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES