Peristiwa Nasional Duka Tanah Pasundan

Cegah Bencana, 15 DAS di Indonesia Jadi Prioritas

Kamis, 22 September 2016 - 21:09 | 56.32k
ILUSTRASI, Seorang anak melintas jalanan lumpur diantara puing rumah yang terkena banjir bandang sungai Cimanuk, di Kecamatan Tarogong Kidul, Cimacan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (Foto: http://jurnalindonesia.id)
ILUSTRASI, Seorang anak melintas jalanan lumpur diantara puing rumah yang terkena banjir bandang sungai Cimanuk, di Kecamatan Tarogong Kidul, Cimacan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (Foto: http://jurnalindonesia.id)
FOKUS

Duka Tanah Pasundan

TIMESINDONESIA, SOLO – Pemerintah akan memprioritaskan pengembalian fungsi 15 daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia untuk mencegah terjadi bencana. Belasan sungai tersebut sebagian besar berada di Pulau Jawa.

"Ada 15 DAS mayoritas terletak di Pulau Jawa, termasuk Bengawan Solo dan Cimanuk Garut sudah menjadi perhatian pemerintah untuk upaya pengembalian, untuk mencegah terjadi bencana," kata Murdiyono, sekretaris Direktorat Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), di  Solo, Kamis (22/9/2016).

Ia mengatakan, banjir bandang yang terjadi di Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat akibat dari tingginya curah hujan dalam waktu singkat. 

"Di Garut rata-rata curah hujan 100 milimeter, tetapi sebelum bencana tinggi curah hujan mencapai 255 milimeter."

Selain itu, menurutnya, tutupan lahan di daerah tangkapan (catchment area) cukup rendah dan pola pemanfaatan lahan yang perlu dibenahi. Kawasan hutan lindung  tidak dimanfaatkan untuk perlindungan atau resapan air.

Di tempat berbeda, hal senada disampaikan Henry Bastaman selaku Kepala Badan Litbang dan Inovasi KemenLHK. Menurutnya, perubahan iklim memengaruhi terjadinya bencana sehingga perlu diwaspadai. 

"Perubahan iklim memengaruhi terjadinya bencana. Hal ini tentu harus diwaspadai semua pihak di sekitar DAS karena ada 15 yang masuk prioritas termasuk baik DAS Bengawan Solo maupun Cimanuk Garut," ujarnya.

Banjir bandang yang terjadi di Garut, menurutnya, menjadi representasi belum berhasilnya upaya pengembalian DAS.

"Kejadian itu harus dikaji secara teliti menjadi koreksi scientific dalam pengelolaan DAS dan hutan lindung ke depan," ucapnya.

Pihaknya tengah memikirkan upaya agar bisa memberikan sesuatu yang bisa dilakukan untuk pengelolaan DAS yang lebih baik. 

Salah satu angkah yang akan dilakukan adalah menanam pepohonan di daerah resapan dan meluncurkan 47 jenis pohon yang dapat pengikat tanah dan 15 jenis di antaranya dapat memunculkan mata air.

Selain itu, untuk mencegah terjadi bencana, penting dilakukan kajian yang hasilnya melahirkan koreksi secara keilmuan terhadap kebijakan dalam pengelolaan DAS. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : Antara News

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES