Ekonomi

Harga Anjlok, Petani Biarkan Kubis Membusuk

Selasa, 20 September 2016 - 13:09 | 90.74k
Khoirul Anam, petani kubis saat menunjukkan tanamannya yang siap panen. (Foto: Mahrus Sholih/TIMESIndonesia)
Khoirul Anam, petani kubis saat menunjukkan tanamannya yang siap panen. (Foto: Mahrus Sholih/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Petani kubis di Desa Dukuhdempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, membiarkan tanamannya membusuk. Pilihan sulit ini ditempuh petani karena harga kubis terus menurun yang hanya Rp 150 per kg.

“Kalau harganya tetap Rp 150 per kg, tanaman akan saya biarkan membusuk, biar jadi humus,” kata Khoirul Anam, seorang petani kubis saat diwawancarai sejumlah wartawan di lahan miliknya, Selasa (20/9/2016) siang.

Menutur dia, tanaman kubis seluas 1 hektar miliknya sengaja tak dijual ke pedagang. Itu karena harga borongan yang ditawar pedagang sangat murah, hanya Rp 1 juta perhektar. Padahal dirinya cuma meminta Rp 2 juta untuk tanaman sejumlah 30 ribu bibit tersebut.

Anam berkata, pada tahun ini petani kubis begitu terpukul. Anomali cuaca pada awal tanam kemarin membuat petani banyak yang mengalami gagal tanam. Bahkan, mayoritas petani menanam dua kali yang berkosekuensi meningkatnya biaya produksi yang harus dikeluarkan.

“Dalam setiap hektar, biaya produksi petani mencapai Rp 50 juta lebih. Tahun ini meningkat 1,5 kali lipat, menjadi sekitar Rp 75 juta lebih per hektar,” ungkapnya.

Kondisi ini berbeda dari masa tanam 2015 kemarin. Tahun lalu, Anam menuturkan, petani kubis di daerahnya mendapat untung, bahkan untuk setiap hektar petani bisa mendapatkan penghasilan bruto hingga Rp 100 juta.

Ketua Kelompok Tani ini menduga, banyak factor yang menjadi penyebab anjloknya harga kubis. Selain melimpahnya pasokan kubis dari sejumlah daerah lainnya di Jawa Timur, anomali cuaca dan ulah para spekulan menjadi penyebab harga kubis petani terus merosot.

Dengan anjloknya harga tersebut, Anam menyebut, petani kubis di daerahnya menderita bangkrut. Sehingga dia meminta, pemerintah ikut mengintervensi pasar serta mengatur tataniaga tanaman jenis hortikulruta ini.

“Saya harap pemerintah turun tangan, tak hanya soal intervensi pasar tetapi juga operasi lahan, sehingga pemerintah bisa tahu apa sebenarnya yang menjadi kesulitan para petani,” katanya.

Intervensi pasar itu, Anam menambahkan, bentuknya bisa melalui penetapan harga acuan pembelian di petani atau harga batas bawah sebagaimana ketetapan yang telah diumumkan oleh pemerintah pusat terhadap komoditi pangan utama seperti beras, jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai, dan daging sapi.

Sebab selama ini, menurut Anam, perhatian pemerintah terhadap petani hortikultura seperti kubis masih minim. Sehingga petani terpaksa berjuang sendiri ditengah gempuran pasar dan para spekulan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES