Ekonomi

Populerkan Gelato lewat 'First Gelato Competition in Indonesia'

Jumat, 16 September 2016 - 08:15 | 66.81k
Andre Soenjoto, Pemilik resto De Boliva. (Ilustrasi TIMESIndonesia/Foto: Gelato World Tour)
Andre Soenjoto, Pemilik resto De Boliva. (Ilustrasi TIMESIndonesia/Foto: Gelato World Tour)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kecintaan Andre Soenjoto pada es krim, khususnya gelato, membuat ia tertantang untuk mempopulerkan produk ini. Salah satu caranya adalah dengan menggelar kompetisi bertaraf nasional.

"Saya diminta bikin Gelato Competition. Konsepnya baru, keren. Acara akan digelar 9 sampai 12 November di Jakarta. Akan ada First Gelato Competition in Indonesia. Gelato Competition ini (nanti) digandengkan MURI," tegasnya.

Untuk kompetisi mendatang, Andre mengaku sudah menyiapkan konsepnya termasuk sistem penjurian dan lain-lain. Sebagai awal, rencananya akan digelar road show ke berbagai kota di tanah air.

"Di booth khusus. Dikompetisikan, dimasukkan MURI. Sistem IT di dalamnya ada. Jadi sistem medianya, database besar. Kalau memang mau ke depannya bareng, bisa. Nanti voting by polling. Pakai polling, yang terpopuler," tuturnya.

Bersama dengan SIAL Interfood, brand luar negeri yang memiliki event kompetisi ini, Andre berharap pengalamannya ikut kompetisi internasional di Singapura tahun lalu bisa bemanfaat.

"Saya satu minggu di Singapura untuk ikut kompetisi. Bukan cuma jadi finalis, tapi saya sering diskusi sama top management yang bikin event. Ini the best concept ever," terangnya.

Mengaku kompetisi ini didanai perusahaan penjual bubuk bahan gelato, Andre juga mendesain kegiatan ini untuk memikat sponsor dari luar, terutama dengan konsep berbeda yang ia rancang.

"Keunikan dari heritagenya apa, warisan budayanya apa, juga sisi komposisi. Selain itu, body tekstur, rasa. Jadi, ada beberapa bobot penilaian. Juga popularitas, keunikan, dan lain-lain," imbuhnya.

Andre juga mengklaim tujuannya menggelar kompetisi ini tak muluk-muluk. Mampu mengenalkan gelato di tanah air dianggap merupakan start yang baik, terutama jika mengingat Indonesia tak masuk peta gelato internasional.

"Tahun lalu ke Singapura. Mereka gak mau ngadain di Indonesia , karena kurang bisa menghargai taste-nya gelato. Ini barang mahal, gimana caranya menjual barang mahal agar laku. HPP 10 ribu, jual 20 ribu laku - di Indonesia gak bisa," tambahnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES