Pesantren Harus Bersikap Sportif
TIMESINDONESIA, PONTIANAK – Protes dari official tim yang ikut di LSN 2016 Regional Kalimantan III, yang mencurigai ada pondok pesantren yang memasukan pemain bukan santri menunjukkan lemahnya sistem verifikasi yang dilakukan panitia.
Cara culas yang dilakukan beberapa pondok pesantren yang tidak fair dalam mengikuti kompetisi tersebut, disayangkan oleh tokoh muda Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat, Rasiam.
Rasiam mengutarakan, jika pesantren memaksakan pemain yang bukan santri mewakili pondok pesantrennya, itu sama halnya dengan menutup peluang mencari bibit potensial untuk sepak bola dari kalangan santri.
Hal tersebut nyata sangat bertentangan dengan tujuan utama Liga Santri Nusantara diadakan.
“Panitia sudah bekerja maksimal, hanya saja dibutuhkan kerjasama semua pihak utamanya pihak pesantren agar bersikap sportif. Rekomendasi ke depan harus lebih selektif lagi,” ujar Rasiam kepada PONTIANAKTIMES, Selasa (30/8/2016).
Menurut Rasiam, kebijakan oknum pesantren yang bisa saja tidak diketahui oleh pengasuhnya, yakni memaksakan pemain yang bukan santri, itu artinya telah menutup peluang untuk mencari bibit potensial dari kalangan santri. Padahal, LSN harus dijadikan akses untuk ikut mengisi persepakbolaan Indonesia.
“Aksesnya sudah pemerintah buka, tinggal bagaimana pesantren merespon. Kalau tujuannya sama dengan pemerintah, kita yakin akan muncul bibit potensial dari pesantren,” tambahnya.
Selain itu, ia berharap LSN tetap bergulir setiap tahun, sehingga pesantren tetap bisa memasukan sepak bola sebagai kegiatan ekstrakurikuler. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : Pontianak TIMES |