Kopi TIMES

Mengintip Haji Knalpot di Madura

Senin, 29 Agustus 2016 - 17:23 | 235.23k
Busri Toha (Ilustrasi TIMES Indonesia)
Busri Toha (Ilustrasi TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SUMENEP – JUDUL itu, terinspirasi keberangkatan jamaah calon haji dari Madura, yang tahun 2016 ini sedang melaksanakan rukun Islam ke lima.

Ketika bulan haji, saat sanak famili datang dari tanah Suci Makkah, menjadi wajib menyambut dengan lampion, kendaraan roda dua, iring-iringan hingga membekakkan telinga.

Apalagi, di Madura, memiliki tradisi berbeda-beda di masing-masing daerah dalam menyambut jemaah haji. Ketika mereka yang sedang ibadah haji kembali ke tanah air, mereka akan disambut dengan gegap gempita. Berbagai kemeriahan ditampilkan, demi menyambut jamaah haji itu.

Suatu ketika, Saya pergi ke Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Saya pergi ke rumah saudara saya yang telah menetap puluhan tahun. Di daerah tersebut, mayoritas penduduk adalah pendatang dari Jawa dan Madura. Meski bukan penduduk mayoritas, tapi orang Madura selalu ada pada setiap kampung di wilayah yang jalan desanya juga banyak tidak beraspal itu.

Kepergian saya ke daerah tambang Batu Bara itu karena ingin menyambut kedatangan paman saya yang baru saja menunaikan ibadah haji tahun lalu. Namun, menariknya, saya tidak menemukan penyambutan luar biasa seperti di Madura.

Saat keluarga tiba dari tanah suci Makkah, tidak ada istilah penyambutan dengan Dhemar Korong, tradisi hasil asimilasi China-Madura itu. Mereka menyambutnya dengan biasa saja, tidak harus ada sound system, konvoi kendaraai roda dua, dan suara petasan. Padahal, di sana sama-sama orang Madura tapi tak menerapkan tradisi yang nyaris riya’ itu.

Berbeda dengan Madura, saat saya pulang ke rumah di Sumenep, ketika musim haji seperti sekarang sudah menjadi tradisi akan banyak kendaraan roda dua menumpuk dipinggir jalan. Kadang saya bertanya, ada apa, mereka menjawab bahwa menyambut kedatangan jamaah haji. Mereka menyambutnya dengan konvoi dengan suara knalpot kendaraan senyaring-nyaringnya nyaris membengkakkan telinga.

Ketika malam hari, lampion-lampion itu, hampir menyamai bintang bertebaran. Suara petasan yang dilarang itu, sudah terbiasa bunyi hingga hari ke tujuh. Mereka menyambutnya untuk menghormati jamaah haji yang baru datang dari Makkah karena diyakini diantar oleh 41 Malaikat. Malaikat dan jamaah haji disambut dengan petasan, konvoi dan lampion?

Saya bukan mau melarang mereka. Itulah hak mereka untuk berkreasi menyambut kedatangan jamaah haji. Namun, huru-hara itu tak ubahnya dengan pamer diri. Esensi haji sebagai penyempurna ibadah hampir berubah sebagai sarana rekreasi ke tempat bersejarah Makkah.

Islam tidak melarang mensyukuri nikmat atas kemampuan menunaikan Ibadah haji. Namun, jika bentuk syukur terlalu berlebihan, jika tradisi menyambut jamaah haji dengan knalpot, konvoi, itu sama halnya dengan riya’, membanggakan diri tanpa mau memahami kondisi orang lain.

Konvoi, pertama, sangat menganggu terhadap lalu lintas kendaraan di jalan raya. Tak jarang akibat konvoi menyambut jamaah haji membuat kemacetan di tengah jalan. Pengendara lain, pejalan kaki, harus minggir ke pinggir jalan saat ada konvoi.

Kedua, konvoi itu dengan suara knalpot nyaring, membuat tetangga disekitar mengeluh, berisik, mengusik.

Penyambutan jamaah haji dengan begitu tentu jauh dari esensi haji. Padahal, ketika Ihram sudah digambarkan tentang hidup sederhana. Saat ihram, semua pakaian harus dilepaskan dan ditinggalkan dan diganti dengan sehelai kain putih yang sangat sederhana. Pakaian Ihram simbol ketaqwaan.

Sehelai kain putih itu, terdiri dari kain katun tak dijahit dan salah satunya harus dililitkan ke pinggang, mencapai kebawah lutut, sedang yang lain disandangkan bebas pada pundak dan kepala dibiarkan tidak tertutup.

Lalu, sesuaikah, sinergikah kesucian dan penyambutan jamaah haji dengan tradisi itu? Semoga nanti tidak akan ada lagi istilah baru, Musim Haji Dhemar Korong, Musim Haji Petasan atau Musim Haji Knalpot. (*)

Penulis : BUSRI TOHA (Wartawan TIMESIndonesia)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES