Graphic Nasib Tembakau Indonesia

Kretek, Dibenci Sekaligus Dirindu

Selasa, 23 Agustus 2016 - 22:57 | 64.01k
Grafis: Senda Hardika Prasasti/TIMESIndonesia
Grafis: Senda Hardika Prasasti/TIMESIndonesia
FOKUS

Nasib Tembakau Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wacana kenaikan harga rokok hingga sebesar Rp 50.000 menjadi isu publik yang ramai diperbincangkan. Isu kenaikan ini, berhembus setelah adanya riset dari Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik (PKEKK) Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, yang menyatakan harga rokok murah akan membahayakan kelompok miskin dan generasi muda.

Dari 1000 responden, yang diwawancarai sepanjang Desember 2015-Januari 2016, sebanyak 76 persen menyatakan akan berhenti merokok jika harga rokok mencapai Rp 50.000. Dari data riset ini, sekitar 60 persen perokok berasal dari kalangan miskin, dan 30 persen merupakan anak-anak di bawah usia 10 tahun.

Klik Infografis di atas

Pemerintah menargetkan peningkatan cukai, yang ditopang dari industri rokok hingga Rp 149,88 triliun pada 2017. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sebanyak Rp 141,7 triliun.

Kebijakan peningkatan cukai ini, membikin pengusaha rokok menjerit dan petani tembakau mengeluh sakit. Sementara, kampanye anti rokok menggelinding kencang sebagai kampanye kesehatan internasional.

Industri rokok dibenci sekaligus dirindu. Asap rokok yang mengepul dianggap membahayakan kesehatan, sementara pundi-pundi uang yang mengalir dari cukai rokok dirindukan sebagai penerimaan negara. Bagaimana masa depan industri rokok? (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Tria .A

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES