Peristiwa Daerah

Ilmuan Muda Indonesia Sulap Kulit Singkong Jadi Bahan Badan Pesawat

Sabtu, 20 Agustus 2016 - 13:34 | 145.40k
Foto Ilustrasi Komposit sebagai bahan baku pesawat, Sabtu, (20/8/2016) (foto: murianews.com)
Foto Ilustrasi Komposit sebagai bahan baku pesawat, Sabtu, (20/8/2016) (foto: murianews.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dua orang ilmuan muda Jaya Sutrisna (17) dan Suprihatin (17) berhasil menjadikan limbah kulit singkong dan batang pisang menjadi bahan baku pesawat dan kapal. Berkat temuannya tersebut mereka berhasil meriah medali emas dalam ajang International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) 2016 di Georgia.

“Limbah kulit singkong di kabupaten kami, Pati, Semarang, Jawa Tengah, mencapai 10 ton dalam setiap bulannya. Limbah itu semakin hari semakin menumpuk. Dari situ kami memulai riset kami, dari bahan yang semula limbah menjadi karbon aktif kulit singkong," ujar Raafi, Sabtu, (20/8/2016).

Rafaai menjelaskan, bahan baku tersebut didapat dari serat hasil olahan kulit singkong dan batang singkong yang terbuang.

“Kami menggunakan air untuk batang pisangnya, lalu kami ambil seratnya satu per satu. Setelah itu dipotong-potong sekitar dua milimeter," jelas mahasiswa jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro tersebut, seperti dikutip dari antaranews.

Serat batang pisang dan kulit singkong kemudian dicampurkan menggunakan resin dan katalis, sehingga terciptalah komposit sebagai alternatif bahan baku pesawat dan kapal.

 “Dari situ serat aktif batang pisang dan kulit singkong kita campurkan menjadi satu menggunakan resin dan katalis. Lalu menggunakan komposit tertentu, jadilah komposit dari limbah batang pisang dan kulit pisang sebagai bahan alternatif industri otomotif kapal maupun pesawat,” jelas Raafi.

Komposit yang berasal dari bahan alami ini diklaim lebih efisien, ringan, tahan api dan kuat, sehingga sebenarnya bisa digunakan untuk industri secara luas.

Dua ilmuan tersebut berhasil menyingkirkan lebih dari 100 proyek ilmiah milik 35 negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Jerman, Slovakia, Bosnia, Denmark dan lainnya.

Kesuksesan Raafi bersama temannya tersebut bukan tanpa rintangan, Ia mengaku tiga kali mengalami kegagalan, salah satunya saat percetakan komposit tak sempurna.

“Kami mengalami tiga kali kali percobaan gagal. Salah satunya saat percetakan komposit adanya void (rongga udara atau lubang), maka diulang lagi, sehingga kami harus sempurnakan," aku Raafi

Ia jelaskan jika banyaknya void pada komposit, maka membuat ikatan antar serat dan matrik semakin menurun.

Hingga saat ini, Raafi mengaku akan terus mengembangkan temuannya agar dapat segera diaplikasikan dalam industri otomotif dan industri secara luas. Tentu tetap menggunakan serat alam berbasis limbah.

"Kami ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. Jika berhasil diaplikasikan, Indonesia bisa menjadi produsen pembuatan komposit dari serat alam. Mengurangi penggunaan fiber glass dan menggantinya dengan menggunakan serat alam," jelas Raafi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : Antara News

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES