Ekonomi

Harga Gula 'Terjun Bebas', Negara Diminta Hadir

Minggu, 31 Juli 2016 - 12:09 | 184.52k
Para buruh sedang memanen tebu di salah satu kebun tebu di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (17/7/2016). (Foto: Senda Hardika/TIMESIndonesia)
Para buruh sedang memanen tebu di salah satu kebun tebu di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (17/7/2016). (Foto: Senda Hardika/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Nasib petani tebu di Kabupaten Malang harus gigit jari karena harga gula terjun bebas akibat serangan gula rafinasi yang marak beredar dipasaran.

Harga lelang beberapa hari lalu, mencapai 13.150 perkilogram. Saat ini, terjun bebas menjadi  Rp 11 ribuan. "Biasanya harga lelang turunnya sedikit cuma ratusan rupiah. Tapi sekarang petani yang harus gigit jari," jelas Ketua Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Krebet, Kabupaten Malang, KH Hamim Kholili, kepada TIMESIndonesia, Minggu (1/8/2016).

Menurutnya, melihat kondisi tersebut, seharusnya negara harus hadir bagaimana mengatasi anjloknya harga gula tersebut. "Negara harus hadir untuk membantu nasib petani tebu," harapnya.

Untuk swasembada gula jelasnya, satu bulan terakhir, pemerintah memang telah melakukan road map pembangunan 27 Pabrik Gula Baru dengan lahan yang disiapkan 380.000 Ha.

Hal itu memang merupakan langkah positif, namun swasembada gula bukan hanya dengan membangun Pabrik Gula Baru saja, akan tetapi yang lebih penting meningkatkan kesejahteraan petani tebu yang selama ini sudah bersusah payah dan mengalami kerugian hampir setiap tahun.

"Perhatian pemerintah sangat diharapkan memberikan kredit murah pada petani dengan bunga 2-3 persen setahun, seperti di Thailand. Disamping bantuan dari Pemerintah untuk menjadikan petani modern dan maju, yang siap menghadapi persaingan global, bukan dikesampingkan sedemikian rupa dan hidup sendiri tanpa kehadiran negara di dalamnya," tegas pria yang karib disapa Gus Hamim itu.

Atau bahkan kondisi yang hampir terjadi setiap tahun itu katanya, memang disengaja untuk menghancurkan petani seperti yang terjadi di Jawa timur, yang sedang panen raya tebu, namun malah dimasuki gula Thailand.

"Harga lelang petani terjun bebas dari Rp 13 ribuan dan seminggu kemudian menjadi Rp 11 ribuan. Kebijakan ini sangat menyakiti hati petani kecil," akunya.

Pemerintah katanya, tidak cukup hanya memperhatikan petani saja, pabrik yang menjadi mitra petani juga harus modern dengan tingkat efesiensi yang tinggi. "Bolehlah PG peninggalan Belanda, hanya saja dalam proses penggilingannya dan rendemen yang dihasilkan tidak kalah dengan PG baru," ujarnya.

Tanpa kehadiran negara secara utuh tambahnya, swasembada gula nantinya hanya akan dinikmati oleh segelintir pengusaha gula atau bahkan negara lain. "Petani hanya akan menjadi penonton dan tidak ikut merasakan manisnya gula," ungkapnya.

Menjadi hal yang ironi keluh Gus Hamim, jika negara kuat di luarnya, namun rapuh dalamnya. "Semoga kabinet yang baru terbentuk beberapa hari lalu, akan lebih memperhatikan dan pro terhadap petani tebu," harap Gus Hamim.

Diketahui, dalam lelang sebanyak 8.720.191 ton gula PTR dari 15 PG di lingkungan PTPN XI (minus PG Kanigoro) yang dilaksanakan di Gedung Rapat Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, akhir pekan ini, harga terendah berada di level Rp 11.004/kg dan tertinggi Rp 12.189/kg.

Dibanding lelang seminggu sebelumnya di Pabrik Gula (PG) Kebon Agung, dimana harga lelang masih di level Rp 12.775/kg dan lelang di PG Madukismo pada level 12.350/kg, harga yang terbentuk dalam pelaksanaan lelang di PTPN XI, Jumat (29/7/2026) kemarin, terbilang turun drastis.

Anjloknya harga lelang gula PTR tersebut diduga dipicu oleh masuknya 1.000 ton gula impor (white sugar) ex Thailand ke pasar Jatim, pada level harga Rp 11.500/kg, harga pedagang dan mulai digilingnya raw sugar sebagai bahan baku gula putih oleh PT Kebun Tebu Mas (KTM) di Lamongan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES