Peristiwa Daerah

Peristiwa Mistis Warnai Persiapan Banyuwangi Ethno Carnival

Sabtu, 30 Juli 2016 - 14:09 | 148.01k
Lokasi sumur putri Sritanjung di Kelurahan Tumenggungan, Banyuwangi. (foto: Syamsul Arifin/TIMESIndonesia)
Lokasi sumur putri Sritanjung di Kelurahan Tumenggungan, Banyuwangi. (foto: Syamsul Arifin/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Percaya atau tidak, hingga saat ini peristiwa mistis masih kerap terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur.

Bukan hanya dipelosok, fenomena diluar nalar manusia tersebut bahkan terjadi pada agenda besar yang digelar Pemerintah Daerah setempat. Seperti pada persiapan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), yang tahun 2016 ini mengambil tema ‘The Legend of Sritanjung Sidopekso’.

Sebagai informasi, Banyuwangi Ethno Carnival (Karnaval Etnik Banyuwangi) atau sering disebut BEC adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar dalam rangkaian Banyuwangi Festival di Kabupaten Banyuwangi.

Peristiwa sarat nuansa mistis berawal pada bulan Juni 2016 lalu. Saat itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) selaku panitia penyelenggara, memanggil para designer handal Bumi Blambangan untuk membuat konsep kostum dua tokoh legenda asal mula Banyuwangi tersebut.

Sebagai bahan inspirasi, sejumlah tokoh budayawan seperti, Hasnan Singodimayan, Sumitro Hadi, Sahuni dan Andang CY dihadirkan untuk mendeskripsikan.

Tapi apa yang terjadi, penggambaran detil para budayawan tak juga berhasil ditangkap para designer.

“Inspirasi kita dapat, tapi saat akan kita lukis, inspirasi tiba-tiba hilang,” ucap Deni Lesnawan, salah satu designer kostum asal Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Sabtu (29/7/2016).

Tak pelak, deadline satu minggu yang diberikan Disbudpar, tak satupun lukisan jadi. Padahal, biasanya, dalam sehari Deni bisa menyelesaikan sedikitnya sembilan design.

Designer lain, Langgeng Prayogo, juga mengalami hal yang sama. Bahkan, pemuda keturunan asli suku Using, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, jauh lebih ekstrem. Dia mengalami sakit disekujur badan ketika hendak memulai membuat design kostum Sritanjung dan Sidopekso.

“Melihat kejadian tersebut, kita langsung berembug dengan para budayawan, dan akhirnya diputuskan untuk menggelar selamatan di sumur Sritanjung,” ungkap Kepala Disbudpar Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda.

Dan aneh bin ajaib, setelah selamatan dan santunan anak yatim digelar pihak Disbudpar, budayawan, designer serta masyarakat di sumur tua yang bertempat di Kelurahan Tumenggungan, Banyuwangi, semuanya menjadi lancar. Design kostum putri Sritanjung dan Sidopekso dengan cepat bisa terselesaikan.

“Para designer tak lagi mengalami kesulitan, menggambar itu cepat jadi,” pungkas Bramuda.

Sebagai informasi, putri Sritanjung dan Sidopekso adalah tokoh yang disakralkan seluruh masyarakat Banyuwangi. Mereka adalah legenda terciptanya nama Banyuwangi sampai sekarang ini. Konon, dari sumur Sritanjung, pada malam tertentu sering mengeluarkan aroma wangi. Dan karena kesakralannya, banyak pengunjung yang mengambil air sumur untuk membasuh tubuh dan diminum sebagai obat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES