Peristiwa Nasional Konferensi Internasional Bela Negara

Syaikh Abdul Ghaffar: Jangan Mudah Mengkafirkan, Ayo Menebar Cinta

Kamis, 28 Juli 2016 - 15:11 | 62.27k
Syaikh Abdul Ghaffar As-Syarif. (Foto: jatmanevent)
Syaikh Abdul Ghaffar As-Syarif. (Foto: jatmanevent)
FOKUS

Konferensi Internasional Bela Negara

TIMESINDONESIA, PEKALONGAN – Setiap orang tidak boleh dengan mudah mengkafir-kafikan orang lain. Yang harus ditebar kepada setiap orang adalah cinta. Yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah mengembangkan pemahaman terhadap masalah pengkafiran, agar sesuai dengan tuntunan Al Quran dan sunnah.

Hal tersebut yang disampaikan Syaikh Abdul Ghaffar As-Syarif dari Fakultas Syariah dan Dirasat Islamiyah Universitas Kuwait, dalam sesi pertama Konferensi Internasional Bela Negara, hari kedua di Hotel Santika, Pekalongan, Jawa Timur, Kamis (28/7/2016).

Dalam paparan makalahnya, Syaikh Abdul Ghaffar banyak menyampaikan soal Fenomena Takfir (pengkafiran) di dunia kaum muslimin saat ini. "Perlu diketahui, bahwa kufur ada dua jenis. Kufur besar dan kufur kecil," jelasnya.

Kufur besar jelasnya adalah jenis kekafiran yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka, yakni perilaku kufur yang berlawanan dengan iman. "Misalnya, mendustakan Rasulullah, mengingkari perintah Allah sebab kesombongan, meragukan risalah, atau sebab munafik yakni menyatakan keimanan namun hati mendustakan," katanya.

Sedangkan kufur kecil jelasnya dihadapan hadiri yang hadir, biasa disebut kufur amali, derajatnya rendah. Pelaku kufur ini mendapatkan ancaman siksa namun tidak menyebabkannya kekal di neraka.

"Dari dua jenis kekufuran tersebut, kita harus berhati-hati dengan istilah 'kafir' (orang yang berperilaku kufur). Seyogyanya, kita tidak mengkafirkan seorang muslim karena ucapannya, jika memang masih bisa ditafsirkan dengan penafsiran lain yang lebih baik, atau kekafirannya itu masih bisa diperdebatkan karena ada riwayat lain yang menjadi sandaran meskipun itu lemah," jelasnya.

Seorang muslim, tidak akan dikeluarkan dari keislaman dan keimanannya kecuali dia telah mengingkari hal-hal yang memasukkannya ke dalam Islam.

Sementara itu, setiap orang tambahnya diperintahkan untuk husnudzan kepada sesama muslim dan menafsirkan ucapannya pada penafsiran yang baik.

"Hukum kekafiran seseorang akan jatuh ketika orang tersebut adalah orang mukallaf yang dalam keadaan sukarela ketika mengeluarkan ucapan atau atau melakukan perbuatan penyebab kekufuran," ujarnya.

Umat Islam harus memahami hadits tentang golongan yang selamat agar manusia berusaha cocok dengan sifat-sifat golongan tersebut, bukan untuk menghakimi kelompok lain.

"Kita juga harus memahami bagaimana tuntunan agama tentang al-Wala wa al-Bara, loyalitas dan berlepas diri. Selain itu, kita harus terus menebar cinta di antara sesama kaum muslimin," ajak Syaikh Abdul Ghaffar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES