Peristiwa Daerah

Pendapa Pemkab Jember Mulai Runtuh, Bupati Faida Geram

Selasa, 26 Juli 2016 - 16:08 | 151.15k
Bupati Jember, Faida, ketika melihat reruntuhan atap kolam di bagian dalam Pendapa Wahyawibawagraha. Pendapa ini sekaligus menjadi rumah dinas Bupati. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)
Bupati Jember, Faida, ketika melihat reruntuhan atap kolam di bagian dalam Pendapa Wahyawibawagraha. Pendapa ini sekaligus menjadi rumah dinas Bupati. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Bagian dalam bangunan Pendapa Wahyawibawagraha runtuh. Nyaris seluruh atap yang berada di sisi kanan atas kolam rumah dinas Bupati Jember, Jawa Timur, ikut ambruk. Beruntung tak ada korban pada peristiwa yang terjadi Senin (26/7/2016) siang kemarin.

Ketika peristiwa itu terjadi, Bupati Jember, Faida, tengah menandatangani sejumlah surat yang perlu didisposisi, yang berjarak sekitar 7 meter dari atap yang runtuh. Bupati terkejut, efek robohan itu seperti gempa yang mengguncang pendapa.

Kepada wartawan, Faida berkata, ingin menyimpan rapat-rapat kondisi pendapa untuk konsumsi publik. Tapi, peristiwa runtuhnya atap kolam membuatnya gregetan. Karena dua bulan sebelumnya, dia telah memerintahkan kepada pejabat berwenang untuk memperbaiki. Namun tak kunjung dibenahi.

“Sekarang sudah tak bisa ditoleransi lagi, karena sudah menyangkut keselamatan,” katanya.

TIMESIndonesia bersama sejumlah wartawan, mendapat kesempatan melihat langsung kondisi pendapa. Puing-puing sisa reruntuhan masih berserakan.

Pecahan genting dan sejumlah tiang penyangga kayu tertumpuk tak beraturan. Lokasi ini, merupakan bagian dari ruang yang ditempati keluarga Bupati.

Bupati juga mengajak awak media keliling melihat kondisi pendapa. Bahkan, tak segan dia menunjukkan sejumlah ruangan, mulai dari tempat kerja hingga ruangan yang disediakan untuk tamu Bupati, serta perlengkapan mebelair yang menjadi sarana pendukungnya.

“Saya prihatin melihat kondisi pemerintahan (sebelumnya) di Jember yang kurang memperhatikan maintenance (perawatan),” katanya, saat sesi wawancara.

Keprihatinan Faida cukup beralasan, paska dirinya dilantik pada pertengahan Februari lalu, nyaris tak ada perlengkapan mebelair dan sarana lainnya yang tersisa di pendapa.

Bahkan, ketika Bupati memboyong keluarganya, nyaris tak ada gorden maupun tempat tidur layak untuknya.

Rupanya, masa transisi dimanfaatkan sejumlah pegawai dan pejabat ‘nakal’ untuk mengeruk keuntungan. Caranya, dengan mengusung berbagai barang inventaris pendapa seperti mebelair hingga gorden.

Diruang keluarga misalnya, sebuah sofa berwarna putih pucat terlihat berlubang dibagian tengah. Sementara di ruang kerja, empat kursi yang terpasang, satu diantaranya telah rusak. Kayunya penuh lubang seperti bekas dimakan rayap.

“Saya harus mencari dulu untuk mendapatkan empat kursi yang sama,” ujar Faida.

Sebenarnya, awal dirinya masuk ke pendapa, sejumlah pejabat telah menawarinya mebelair dan perlengkapan baru. Namun dia menolak, karena itu akan menghapus jejak pegawai maupun pejabat pemkab ‘nakal’ yang menggondol asset dan barang inventaris di pendapa.

Selanjutnya, Bupati perempuan pertama di Jember ini, memerintahkan Badan Pengelola Keuangan dan Asset (BPKA) serta Inspektorat Pemkab Jember, mengaudit seluruh inventaris di pendapa. Hasilnya, ada sejumlah barang yang masih tercatat dalam inventaris Pemkab, namun wujudnya tak ada.

“Jumlahnya juga besar, hampir Rp 4 miliar,” ujarnya.

Untuk itu, Faida akan mengambil sikap tegas agar kasus ini diusut tuntas. Sebab, dia tak ingin ada permasalahan hukum yang menjeratnya di kemudian hari.

Faida juga menilai, ada yang salah dalam cara pandang atau mindset birokrat di Jember. Runtuhnya pendapa menjadi salah satu tolok ukurnya. Karena menurut dia, pejabat di Jember lebih senang melakukan pengadaan dan mengabaikan perawatan asset.

“Tapi bagaimanapun hal ini menjadi tanggungjawab saya, dan saya akan merubah itu,” tegasnya.

Oleh karenanya, pada Perubahan Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (P-APBD) 2016 ini, istri Abdul Rochim tersebut memangkas biaya pengadaan barang inventaris dan menekankan pada perawatan saja.

“Ada Rp 10 miliar yang bisa dihemat, karena setiap ganti pimpinan tidak harus selalu membeli barang inventaris baru. Sehinga anggaran tersebut bisa dialokasikan kepada hal yang lebih penting, terutama untuk kepentingan rakyat,” ujarnya.

Sebagai langkah konkrit, Faida juga menyulap garasi di pendapa menjadi workshop.  Workshop ini berfungsi sebagai bengkel, yang menjadi tempat perbaikan barang-barang mebelair dan inventaris kantor lainnya di lingkungan Pemkab Jember.

Pertengahan Agustus nanti, Bupati dan Wakil Bupati Jember tersebut, telah memiliki kewenangan untuk menyusun kabinet baru. Rakyat Jember tentu berharap, para pembantu Bupati nantinya adalah pejabat yang tepat, yang dapat mewujudkan Jember baru yang lebih baik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES