Peristiwa Daerah

Direktur RSUD Blambangan Antar Juminten Berobat ke Surabaya

Minggu, 24 Juli 2016 - 16:02 | 91.17k
Direktur RSUD Blambangan, Banyuwangi, dr Taufik Hidayat (kiri) saat mengawal Juminten dan keluarga berobat ke Klinik Bedah Surabaya (Foto: Syamsul Arifin/ TIMES Indonesia)
Direktur RSUD Blambangan, Banyuwangi, dr Taufik Hidayat (kiri) saat mengawal Juminten dan keluarga berobat ke Klinik Bedah Surabaya (Foto: Syamsul Arifin/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, Banyuwangi, Juminten, penderita kangker payudara ganas, kini dirujuk ke Klinik Bedah Surabaya (KLIBS). Kangker payudara yang dialami warga Dusun Krajan, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, ini sudah memasuki stadium empat, sehingga untuk penyembuhan harus melalui kemoterapi.

“Dokter di RSUD bilang, kangker istri saya sudah stadium empat, jadi sudah gak bisa dioperasi, tapi harus kemo ke Surabaya,” ucap suami Juminten, Syaiful, via selular, Minggu (24/7/2016).

Untuk kondisi fisik Juminten sendiri, setelah dirawat di RSUD Blambangan, sudah membaik dibanding sebelumnya. Selama di Surabaya pun, dia sudah tak perlu dibopong. Dia sudah mampu berjalan sendiri seperti layaknya orang sehat pada umumnya.

Ada yang patut diteladani dalam penanganan penyakit warga miskin di Banyuwangi ini. Yakni, demi membantu kelancaran, dalam pengobatan, Juminten yang didampingi suami dan keluarga, dikawal langsung oleh Direktur RSUD Blambangan, dr Taufik Hidayat.“Saya antar pasien menemui dokter spesialis bedah dr Wigid Dwidjatmoko,” katanya.

Satu lagi yang patut diacungi jempol, selama mendampingi pengobatan, untuk transportasi, dokter yang terkenal ramah ini rela menggunakan kendaraan pribadinya.

Seperti diberitakan, Juminten menderita kangker payudara ganas sejak tujuh bulan lalu. Karena tidak mendapat perhatian pemerintah, penyakit warga miskin ini semakin parah. Bahkan, sejak dua bulan terakhir, payudara Juminten sudah pecah 20 sentimeter dan mengeluarkan bau kurang sedap.

Fatalnya, meski Pemerintah Daerah Banyuwangi memiliki program BPJS kesehatan gratis yang dibiayai APBD, Juminten selaku warga miskin tidak masuk daftar. Imbasnya, karena penghasilan sang suami, Syaiful, sebagai buruh serabutan tak seberapa, untuk biaya berobat dia terpaksa menjual harta satu – satunya yang dimiliki. Yakni sebidang tanah dan rumah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES