Peristiwa Daerah

Makin Banyak Ketupat Makin Dinaungi Keberuntungan

Selasa, 12 Juli 2016 - 15:24 | 46.46k
Warga berebut ketupat Gung - gung dalam tradisi Gelar Pitu yang dirayakan warga Kopen Kidul, Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (12/7/2016).(Foto: Syamsul Arifin/ TIMESIndonesia)
Warga berebut ketupat Gung - gung dalam tradisi Gelar Pitu yang dirayakan warga Kopen Kidul, Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (12/7/2016).(Foto: Syamsul Arifin/ TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memang kaya akan tradisi lokal nan unik. Seperti yang dilakukan warga Kopen Kidul, Desa Glagah, Kecamatan Glagah. Dalam merayakan ‘Kupatan’ atau lebaran hari ketujuh, ratusan warga berebut ketupat gung-gung, Selasa (12//7/2016).

Siapa yang dapat ketupat banyak, diyakini akan mendapat segala kemudahan urusan selama setahun kedepan.

Sebelum diperebutkan, ribuan ketupat yang dirangkai menggunung diarak keliling kampung. Mengikuti barisan, sang sesepuh adat terus komat-kamit membaca doa. Dibarisan paling belakang tampil tokoh pahlawan tanah Blambangan, Singo Barong, serta berbagai musik tradisional. Mulai hadrah, kuntulan, hingga gembrung.

Makin semarak, iring - iringan musik tidak hanya di lakoni orang dewasa saja, penabuh anak-anak juga turut dalam barisan. Arak-arakan diakhiri dengan kenduri masal warga di sepanjang jalan desa. Usai menyantap hidangan, barulah ketupat gung-gung diperebutkan warga.
Seluruh warga sibuk memperebutkan ketupat berisi uang tersebut. Rata-rata ketupat berisi uang pecahan seribuan hingga lima ribuan.

Konon barang siapa yang bisa mendapatkan dengan jumlah banyak, maka akan mendapat kemudahan segala urusan selama setahun ke depan. Dengan catatan uang harus disimpan sebagai jimat dan tidak boleh dibelanjakan.

Puput, salah satu warga membenarkan kepercayaan ini. “Uangnya harus disimpan agar enteng rejeki dan semua urusan mudah,” katanya, Selasa (12/7/2016).

 Meski bukan warga setempat, dia mengaku hampir setiap tahun dia mengikuti tradisi ini. “Saya dapat 25 ribu tahun ini,” imbuhnya.

Tradisi ketupat gung-gung juga disebut warga Kopen kidul, desa Glagah, kecamatan Glagah, dengan nama gelar pitu. Karena digelar setiap hari raya ke tujuh, sebagai wujud syukur kepada sang pencipta telah dikaruniai hasil bumi yang melimpah. Sekaligus sebagai wujud pelestarian budaya peninggalan Mbah Saridin, leluhur masyarakat setempat.

“Berebut ketupat, juga mengajarkan kepada generasi muda untuk selalu giat dan berebut untuk bekerja atau berkarya,” cetus Sanusi, tokoh warga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES