Peristiwa Daerah

Habis Lebaran, Harga Gula Terancam "Terjun Bebas"

Sabtu, 02 Juli 2016 - 22:46 | 125.04k
Proses penggilingan tebu (Foto: Istimewa)
Proses penggilingan tebu (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, MALANG – Setelah menunggu serahun, petani tebu ingin menikmati `manisnya` gula, ancaman datang mengancam. Harga gula tinggi yang diharapkan, usai lebaran terancan terjun bebas.

Pada Mei lalu, petani tebu di Kabupaten Malang sudah mulai tebang. Bagi tebu yang sudah ditebang, masih menikmati manisnya gula. Karena harga masih melangit.

Namun, bagi petani yang menebang tebu usai lebaran terancam gigit jari. Karena harga gula terancan anjlok.

"Petani yang tebang sebelum lebaran, masih menikmati harga gula yang tinggi," kata Ketua Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Krebet, Kabupaten Malang, KH Hamim Kholili, kepada TIMESIndonesia, Sabtu (2/7/2016).

Usai lebaran katanya, harga gula yang tinggi akan dipaksa turun sampai titik yang tidak dapat diperkirakan.

"Pemerintah melalui Bulog akan memaksa harga gula harus turun dan turun melalui kebijakan operasi pasar besar-besaran dan impor gula kristal putih dari Thailand di samping gula rafinasi masih banyak ditemukan di pasaran," bebernya.

Import gula setengah jadi oleh AGRI, sebanyak 3.2 juta ton, kata pria yang populer disapa Gus Hamim itu, dengan tambahan 400.000 ton, ditambah lagi 381.000 ton gula setenga jadi oleh PG BUMN.

"Maka bisa dipastikan harga gula yang manis sebelum Hari Raya Idul Fitri katanya, bisa terasa pahit atau sangat pahit setelah Hari Raya Idul Fitri. Karena kerugian akan terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya," jelas Gus Hamim.

Petani tebu akunya, sangat mengharapkan pemerintah bijak dalam melihat harga gula yang dianggap tinggi bukan dihajar dengan kebijakan yang kurang bijak dan berpotensi merugikan petani tebu.

Program swasembada jelasnya, juga sangat penting diperhatikan seperti zaman penjajahan Belanda, yang menerapkan swasembada gula bahkan termasuk negara ekportir gula nomor dua terbesar di dunia.

Sebagai negara agraris tambah Gus Hamim, kapan Indonesia akan bangga menjadi negara agraris? Karena selama ini pemerintah belum berpihak pada petani tebu.

"Selama ini, pemerintah masih berpihak pada kepentingan bisnis yang hanya dinikmati segelintir orang atau pengusaha. Hal itu jelas sangat membunuh petani petani. Regulasinya harus dirumuskan dan diselesaikan oleh pemerintah," tegasnya.

Gus Hamim berharap, semoga ancaman harga gula terancam anjlok itu tidak akan menimpa petani. "Semoha petani tebu tetap merasa manis menikmati gula hasil kerja kerasnya selama setahun," harapnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES