Peristiwa Daerah Bondowoso Republik Kopi

Masyarakat Sudah Berdaulat dengan 'Bondowoso Republik Kopi'

Rabu, 29 Juni 2016 - 15:06 | 157.71k
Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMESIndonesia)
Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMESIndonesia)
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Geliat masyarakat secara umum, terutama petani, pengusaha kopi dan pegiat wisata di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, sudah mulai berdaulat (berbahagia), dengan hadirnya 'Bondowoso Republik Kopi'.

Meski kehadiran 'Bondowoso Republik Kopi' baru diluncurkan secara resmi akhir Mei 2016 lalu, 'Bondowoso Republik Kopi' terlihat sangat berdampak pada perkembangan perkopian di daerah yang dikomandani Amin Said Husni itu.

Perlahan tapi pasti. Sinergitas yang sebenarnya dibangun jauh sebelumnya, menunjukkan bahwa peta jalan (roadmap) telah mewujudkan 'kedaulatan' Bondowoso sebagai 'Republik Kopi'. Hal itu jelas bukan sekedar wacana.

Fakta ilmiah menunjukkan, setelah muncul sertifikasi identifikasi geografis (IG) kopi asli Bondowoso, yakni Kopi Java Arabika Ijen-Raung, langkah-langkah strategis selanjutnya siap dilaksanakan.

Misalnya, pemerintah daerah, yang dikomando langsung oleh Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, proses pengajuan hak cipta logo dan nama "Bondowoso Republik Kopi" sudah dalam proses paten.

Untuk memperkuat narasi ilmiah 'Bondowoso Republik Kopi', Pemerintah Bondowoso telah menyusun buku yang berisi sejarah perkembangan dan filosofi kopi hasil tanah Bondowoso.

Kepada TIMESIndonesia, Said Amin Husni menjabarkan secara detail, bahwa buku yang sudah disusun, akan menjadi naskah akademik sekaligus pedoman untuk mengetahui dan memahami seperti apa arah, visi dan misi 'Bondowoso Republik Kopi'.

Selain buku sejarah perkopian di 'Bondowoso Republik Kopi', masyarakat secara umum juga akan disodorkan pengetahuan dan pemahaman tata kelola perkopian di Bondowoso dengan lahirnya film dokumenter "Bondowoso Republik Kopi".

Selanjutnya, langkah serius yang sudah lama dilakukan oleh pemerintah Bondowoso, adalah perlindungan bagi lahan dan masyarakat pelaku usaha perkopian Arabika Java Ijen-Raung.

Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Bondowoso mengenai tata kelola dan tata niaga kopi Nomor 25 Tahun 2016. Perbup itu jelas langkah dan cita-cita suci dari pemerintah Kabupaten Bondowoso.

Menurut Amin Said, dalam Perbup itu, terkandung jelas hal bagaimana meningkatkan kapasitas produksi, memperhatikan kontrol kualitas yang semakin terjamin dan ekspansi pasar. 

"Peningkatan kapasitas produksi seiring dengan semakin meningkatnya permintaan, harus tetap menjaga dan mengawal kualitas. Kualitas yang utama dalam kontek perkopian," terang Amin.

Selain itu, petani, pedagang dan semua pihak terkait, harus juga ikut dan sama-sama menjaga kualitas kopi dan stok kopi. Karena, permintaa produksi sudah semakin meningkat dan berdatangan. Baik dari lokal sendiri dan dari interlokal.

"Pasar domestik harus kita suplai. Tapi jangan sampai kehabisan stok saat ada yang datang ke Bondowoso. Jangan sampai ada wisatawan datang ke Bondowoso tidak menemukan kopi Bondowoso," katanya.

Dari itu, Bupati Amin berharap kebijakan dan implementasi di lapangan‎ terus dievaluasi untuk perbaikan ke depannya. "Perbaikan dan evaluasi serta pembumian 'Bondowoso Republik Kopi' terus dilakukan. Harapannya, hanya untuk kesejahteraan rakyat dan Bondowoso," katanya.

'Bondowoso Republik Kopi' Disambut Kreativitas

AURA kreativitas dari kalangan anak muda, kini mulai tampak terlihat di Kabupaten Bondowoso. Untuk menemukan kopi khas yang dihasilkan tanah Bondowoso, sudah tak lagi sulit. Terbukti, kopi khas 'BOndowoso Republik Kopi' sudah tersedia di banyak kafe lesehan di tengah kota.

Hasil penulusuran TIMES Indonesia, di pinggir jalan tak jauh dari Alun-Alun Bondowoso, sudah mulai bermunculan kafe yang dikomandani para anak muda. Di kafe itu, sudah tersedia kopi aneka jenis khas Bondowoso, salah satunya jenis Arabika.

Bahkan, ada kafe yang 'fanatik' tak menjual kopi selain kopi hasil tanah Bondowoso, yakni Arabika Java Ijen-Raung. Hal itu dilakukan Riswanda Imawan, pengelola kafe yang diberi nama 'Nine". 

Di Kafe Nine itu, menjual kopi Bondowoso dalam bentuk bubuk dan biji yang dikemas menarik agar diminati para pengunjung.

"Saya membeli kopi langsung dari petani, lalu saya olah sendiri dan saya kemas dengan label "Nine". Itu ada filosofinya, mas. Bukan sekedar nama," aku Wanda, begitu dia karib disapa, saat ditemui TIMES Indonesia, di kedai kopi yang dikelolanya.

Menurut Wanda, lahirnya 'Bondowoso Republik Kopi' membuat masyarakat Bondowoso makin peduli dan mencintai produk lokal, yakni kopi yang sudah dikenal rakyat dunia.

Dia mengaku sangat optimis, kopi Bondowoso akan semakin dikenal, berkembang dan akan membawa berkah masyarakat. "Kopi sudah menjadi emas bagi masyarakat Bondowoso," katanya.

Sejak pemerintah daerah melaunching 'Bondowoso Republik Kopi', Wanda mengaku sangat aktif mempromosikan kopi Bondowoso di berbagai event nasional yang diikutinya.

Sementara itu, menurut H Yusriasi, Ketua Asosiasi Petani Kopi (APEKI) Bondowoso, semangat petani dan masyarakat umum, sejak lahirnya 'Bondowoso Republik Kopi' memang ada perbedaan. Rasa optimisme kembali tumbuh setelah lama 'tertidur'.

"Semangat petani cukup luar biasa. Aura 'Bondowoso Republik Kopi' sangat terasa, terutama bagi pengusaha kopi. Rencana mendirikan kedai atau kafe dari masyarakat sangat tinggi," kata Yusriasi.

Namun, tantangan petani dan pihak terkait, soal kualitas kopi yang harus dipertahankan. Kopi original Bondowoso adalah memperkuat identitas kopi Arabika Java Ijen Raung di pasaran.‎

"Kopi Bondowoso tidak sebagai campuran dari kopi daerah lain. Namun, harus orisinil sebagai produk khas Bondowoso Republik Kopi. Namanya saja Republik Kopi. Semua pihak harus menjaga kualitas," katanya.

Mengapa harus kualitas? Menurut Yusriadi, bukan tanpa alasan. Karena kopi Bondowoso sudah dikenal sejak abad ke-18 pada masa penjajahan Belanda dan bertahan hingga saat ini. Hal itu karena kualitasnya. "Harus ada kebangkitan dari Kopi Bondowoso," katanya.

Dari itu, demi kemajuan para petani kopi katanya, perlu didukung semua pihak. baik petani, pengsuaha, dan pemerintah daerah. "Pelaku wisata harus mendorong bagaimana wisatawan datang ke Bondowoso," katanya.

Karena untuk soal keberhasilan sertifikat IG Kopi Arabika Java Ijen-Raung, tidak lepas dari kerjasama dan dukungan berbagai pihak, mulai pemerintah, petani kopi, Perhutani, PTPN, perbankan dan swasta.

Visi-misi dan aneka program yang nantinya akan dijalankan oleh 'Bondowoso Republik Kopi' katannya, harus disambut baik dan antusias. "Hal itu demi kedaulatan Republik Kopi Bondowoso," katanya.

Saat ini, sudah mulai bermunculan inovasi ekonomi kreatif di Bondowoso. "Dampak 'Bondowos Republik Kopi' sangat luar biasa.‎ ‎Masyarakat semakin antuasias untuk menikmati atau mengkonsumsi kopi yang spesial, yang tidak ada di daerah lain," kata pria yang akrab disapa Yus itu.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES