Kesehatan

Soal Vaksin Palsu, Ini Saran Kepala Lab FK UMM

Rabu, 29 Juni 2016 - 02:28 | 152.55k
dr. Pertiwi Febriana Chandrawati Msc. SpA, Kepala Lab Fakultas Kedokteran UMM (Foto: Holfi Cicik Juwita/ MalangTIMES)
dr. Pertiwi Febriana Chandrawati Msc. SpA, Kepala Lab Fakultas Kedokteran UMM (Foto: Holfi Cicik Juwita/ MalangTIMES)

TIMESINDONESIA, MALANG – Penemuan vaksin palsu yang diproduksi di Bekasi dan Tangerang Selatan semakin membuat masyarakat resah, tak terkecuali yang ada di Kota Malang. Karena dikabarkan vaksin palsu tersebut telah diedarkan ke seluruh Indonesia sejak tahun 2003.

“Kaget juga dengan beredarnya vaksin palsu ini, saya jadi kuatir jangan- jangan bayi saya juga ikut mendapatkan suntikan vaksin palsu tersebut. Kita khan tidak tahu efeknya yang saya takutkan berefek jangka panjang,” ucap Nining, ibu yang memiliki bayi umur satu tahun ini.

Menyikapi keresahan masyarakat tersebut, dr. Pertiwi Febriana Chandrawati Msc. SpA, Kepala Lab Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengatakan agar masyarakat lebih kritis. Yakni dengan menanyakan asal vaksin yang akan diberikan kepada anak mereka.

Menurutnya secara kasat mata memang sulit untuk membedakan vaksin asli dan palsu, karena pelaku memanfaatkan kemasan asli yang sudah tidak dipakai dari rumah sakit. Bahkan melakukan vaksinasi ke rumah sakit atau dokter swasta pun belum menjamin akan terbebas dari vaksin palsu tersebut.

“Vaksin yang dipalsu tidak hanya vaksin dasar meliputi Tetanus, BCG, Campak, dan Polio saja. Vaksin yang harganya ratusan ribupun juga berpeluang untuk dipalsukan oleh oknum tidak bertanggungjawab, contohnya Vaksin Pediacel,” ucap Pertiwi.

Vaksin Pediacel adalah vaksin kombinasi untuk menghasilkan antobodi terhadap bakteri yang dapat menyebabkan polio, diphteri, tetanus, pertussis. Antibodi ini yang akan membantu tubuh  untuk mengenali sekaligus membunuh organisme asing.  Harga vaksin ini terbilang mahal karena hampir mencapai Rp. 900.000 untuk 1 kali ijeksi.

“Kalau ini (Vaksin Pediacel, red.) dipalsu rumah sakit atau klinik bisa untung sekali. Karena bila biasanya rumah sakit membeli Rp600 ribu, bisa jadi akan mendapatkan harga Rp400 ribu dari pelaku,” ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit UMM, Senin (27/06).

Menurutnya, rumah sakit swasta atau klinik, dokter umum lebih rentan terhadap vaksin palsu karena terkadang ada yang hanya berorientasi pada keuntungan saja.

Meskipun demikian, ia menghimbau masyarakat untuk lebih kritis terkait vaksin. “Masyarakat dapat menanyakan dari mana asal distribusi vaksin yang akan digunakan. Tidak apa-apa, ditanyakan saja, itu kan hak dari pasien,” terangnya.

Ia pun menyebut daftar distribusi vaksin resmi yang diungkapkan Pertiwi kepada MALANGTIMES (TIMES Indonesia Network).  Yakni, Indofarma Global Medika UGM, Rajawali Nusantara (RNI), Perusahaan Perdagangan Indonesia, Sagi Capri dan Merapi.

Di Jawa Timur, khususnya Malang, vaksin palsu masih belum ditemukan hingga kini. Ia berharap semua pihak akan lebih memperhatikan asal vaksin untuk meminimalisir jatuhnya korban baru. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Sholihin Nur
Sumber : =

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES