Ekonomi

Melalui Emas dan Perak, Dosen Unissula Tawarkan Ide Atasi Krisis

Minggu, 26 Juni 2016 - 14:37 | 81.32k
Dosen Universitas Sultan Agung Semarang, Bedjo Santoso (kiri)
Dosen Universitas Sultan Agung Semarang, Bedjo Santoso (kiri)

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Dosen Fakultas Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Jawa Tengah, Bedjo Santoso mengatakan sistem ekonomi dengan menggunakan emas dan perak sebagai tolok ukur nilai suatu komoditas dapat membebaskan Indonesia dari hutang.

"Bila suatu barang diukur dengan emas dan perak maka 300 tahun sejak sekarang masih akan stabil. Ternyata hikmah Allah menciptakan emas dan perak salah satunya adalah untuk menstabilkan harga," ujarnya.

Bedjo menjelaskan jika sistem keuangan dunia yang saat ini berbasis hutang dan bunga sehingga cenderung hanya menguntungkan negara negara maju dan merugikan negara-negara berkembang.

"Karena sistem ini mengkalikan sektor finansial bubble (penggelembungan) sampai 900 kali lipat, sehingga memicu krisis, inflasi dan ketidakstabilan ekonomi," ujar Bedjo setelah melakukan uji pada masyarakat dengan metode analythical hierarchy process, dan Ia simpulkan bahwa sistem transaksi dengan emas merupakan cara terbaik karena memiliki kapabilitas ekonomi, sosial, politik, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

"Pada dasarnya penggunaan emas dan perak sebagai transaksi hukumnya mubah, namun akan menjadi wajib jika ketiadaannya menjadikan negara kolaps dan krisis," ujarnya

Bedjo menawarkan dua model alternatif untuk menerapkan sistem ini. "Yang pertama adalah physical gold, yaitu transaksi dengan emas berbentuk koin dan yang kedua adalah penerapan mobile payment system," katanya seperti dilansir dari Laman resmi Unissula. Minggu, (26/6/2016).

Kemudian, sistem yang kedua yaitu sistem pembayaran elektronik ini sangat viable dan dianggap terbaik karena relevan dengan kondisi terkini dengan menggunakan emas sebagai pengukur nilainya.

Pemikirannya tersebut telah diuji secara akademik bahkan berhasil mengantarkannya menjadi doktor dan dipresentasikan pada sidang terbuka di International Islamic University Malaysia (IIUM) 15 februari lalu.

Desertasi yang berjudul "Design of monetary system based on stable and just economy" atau Rancangan modul sistem moneter yang adil dan stabil menghasilkan penelitian bahwa sistem moneter emas dan perak adalah sistem terbaik untuk kesejahteraan dunia.

Namun, dalam penerapannya sendiri tidak dapat dilakukan secara luas, karena terkendala oleh Undang-undang IMF maupun UU Mata Uang Indonesia. "Bisa diterapkan di komunitas yang memiliki ruang lingkupnya lebih sempit," akunya

Lebih lanjut Ia katakan untuk mengatasi krisis, Ia menghimbau kepada negara-negara berkembang untuk memperbaiki sistem industri pertanian dengan melakukan swasembada pangan selama 7 tahun, karena efek krisis adalah rata-rata 7 tahun.

"Saran saya negara-negara berkembang juga harus mampu mengembalikan cadangan emas atau Sumber Daya Alam, karena nilainya paling tinggi dan tahan lama.” tandasnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES