Kopi TIMES Bondowoso Republik Kopi

Falsafah Bondowoso Republik Kopi

Rabu, 25 Mei 2016 - 14:31 | 390.40k
desaign dan ilustrasi: TIMES Indonesia
desaign dan ilustrasi: TIMES Indonesia
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

TIMESINDONESIA, BONDOWOSOBELAKANGAN ini banyak orang menyapa saya dengan sebutan "Bapak Presiden". Tentu saja sapaan demikian itu cuma guyonan belaka. Gara-garanya adalah karena pada tanggal 22 Mei yang lalu, saya mendeklarasikan Kabupaten Bondowoso sebagai 'Republik Kopi'. 

Deklarasi (bukan proklamasi) itu dilaksanakan di sela-sela acara coffee morning di halaman Arabica Homestay Sempol, dan dikemas sebagai bagian dari Ijen Festival Bondowoso 2016. 

Republik Kopi? Kenapa Republik Kopi? Kalau membaca sejarah perkopian di Indonesia, sejak awal abad ke-19 perkebunan kopi di Bondowoso adalah bagian dari perkebunan Besuki Raya sebagai penghasil kopi Arabica. Produknya dikenal dengan sebutan java coffee, dan sudah diekspor.

Perkebunan seluas 4000 hektar lebih itu, terletak di kawasan lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung, yakni Belawan, Kalisat, Jampit (ketiganya di Kecamatan Sempol) dan Pancur di Kecamatan Botolinggo. Sampai sekarang, semuanya masih tetap produktif, dan dikelola dengan baik oleh PTPN XII. 

Bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso, kopi ini adalah potensi yang harus dikembangkan sebagai produk unggulan daerah. Apalagi Bondowoso merupakan daerah dataran tinggi dengan view pegunungan yang sangat indah.

Makanya tagline yang saya gunakan sekarang adalah: the highland paradise. Hampir separuh (48%) wilayah Kabupaten Bondowoso adalah perbukitan dengan ketinggian mulai dari 500 meter dpl hingga di atas 1000 meter dpl.

Artinya, dataran tinggi di Bondowoso ini sangat potensial untuk dikembangkan secara lebih luas lagi sebagai perkebunan penghasil kopi arabica terbaik.

Apalagi, kawasan lereng Ijen Raung ini sudah 'punya nama' dan sudah dikenal sebagai penghasil java coffee. Yakni kopi arabica specialty yang citarasanya khas, beda dengan kopi arabica pada umumnya. Tak heran kalau java coffee ini selalu diburu oleh para coffee lovers. Dan harganya pun jauh lebih mahal.

Nah. Potensi ini lah yang selama ini dikembangkan oleh Pemkab Bondowoso. Sejak medio 2010 Saya merekrut para petani kopi di Kawasan Agropolitan (yaitu kawasan lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung), khususnya di Kecamatan Sumberwringin, untuk mengembangkan sebuah kawasan yang saya sebut Klaster Kopi Arabika Rakyat.

Klaster ini merupakan kawasan perkebunan kopi rakyat (bukan milik PTPN XII) yang ditetapkan oleh Pemkab Bondowoso sebagai perkebunan kopi binaan.  Petani kopinya dihimpun dalam kelompok-kelompok tani dan dibina secara intensif.

bupati-dan-MR-DpxnBd.jpg

Bupati Bondowoso Amin Said Husni (kanan) saat mencoba memainkan gitar milik Mr D. (Foto: TIMES Indonesia)

Mereka juga diberi bantuan berupa bibit, pupuk dan sarana prasarana pendukung lainnya. Dananya bersumber dari APBD Kabupaten Bondowoso. Ada juga bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun dari Kementerian terkait.

Targetnya adalah menjadikan kopi sebagai produk unggulan daerah, dan sekaligus menjadi bagian dari pengembangan agro-tourism. Lebih dari itu, tentu untuk menyejahterakan masyarakat, khususnya petani kopi.

Saya menyadari Pemkab Bondowoso tak mungkin sendirian menggarap program besar ini. Perhutani saya ajak bekerjasama, agar lahannya bisa dimanfaatkan oleh rakyat untuk ditanami kopi.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) saya gandeng untuk melatih dan mendampingi petani agar bisa memproduksi kopi yang berkualitas ekspor. Dengan dukungan dari Perwakilan Bank Indonesia Jember pula, para petani kopi itu tidak hanya dilatih keterampilannya, tetapi juga digarap mindsetnya.

Karena pada mulanya mereka adalah petani yang tidak peduli dengan mutu, yang penting ada kopi yang bisa dijual untuk penyambung hidup. Hasilnya sungguh luar biasa! 

Sentuhan pembinaan oleh Pemkab ternyata membuat para petani kopi itu seperti menemukan harapan baru. Mereka jadi sangat antusias. 

Apalagi ada kucuran kredit dari Bank Jatim. Tak butuh waktu terlalu lama, impian pun menjadi nyata. Pada 2011, Puslit Koka menyatakan bahwa kopi produksi klaster itu sudah siap dan layak ekspor.

Melalui PT Indokom, Klaster Kopi Arabika Rakyat itu merealisasikan ekspor perdana ke Swiss. Memang belum begitu banyak, sekitar 186 ton kopi ose. Tapi, ini awal yang baik.

Pembinaan terus diintensifkan. Pada 2013 kami sudah mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementrian Hukum dan HAM dengan nama "Klaster Kopi Arabica Java Ijen Raung".

Ini semacam hak paten untuk produksi kopi dari kawasan ini. Tiap tahun produksinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal tanam yang digunakan.

Pada musim panen 2015, produksinya sudah mencapai 1.500 ton, dan 800 ton diantaranya diekspor dengan nilai jual mencapai Rp 48 miliar. Nilai ini belum termasuk hasil penjualan domestik sebanyak 700 ton kopi ose. 

Saya yakin klaster ini akan terus berkembang. Pada 2015 luas areal kebun kopi rakyat sudah mencapai 6.211 hektar.

Padahal lima tahun yang lalu hanya 1.346 hektar. Yang mengejutkan saya, laporan terbaru dari Perhutani, pada tahun 2016 ini jumlahnya meningkat sangat drastis menjadi 13.000an hektar. Fantastis!

Berkat keberhasilan (success story) dari Klaster Kopi Arabika Ijen Raung itu, saya mendapatkan Otonomi Award (dari JPIP pada 2011), Penghargaan Inovasi Perkebunan dari Menteri Pertanian, Penghargaan Produk Unggulan Kabupaten dari Menteri PDT, dan lain-lain.

Saya pun terinspirasi untuk mereplikasi keberhasilan itu di kawasan lereng Hyang-Argopuro di wilayah barat Bondowoso. Apalagi di kawasan ini sudah lama ada Kebun Kopi Percontohan milik Puslit Koka.

Di wilayah utara, petani kopi di lereng Gunung Biser dan Alassereh sudah mengacungkan tangan meminta pembinaan dari Pemkab juga. Subhanallah. 

Semangat perkopian seolah sudah merambah ke seantero Bondowoso. Banyak anak-anak muda Bondowoso yang kemudian terinsipirasi untuk mengembangkan ekonomi kreatif terkait kopi ini. 

Wisata kopi, resto, cafe dan kedai kopi, merchandise, dan sebagainya dan sebagainya, hingga tercetus ide: Bondowoso Republik Kopi. Hmm... Kopi itu inspirasi. (*)

Oleh:  Amin Said Husni, Bupati Bondowoso*

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES