Ekonomi

Pengrajin Songkok di Lamongan Menjerit

Jumat, 20 November 2015 - 14:59 | 99.27k
Nurul Huda, satu diantara pengrajin songkok di kampung songkok Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan (foto : Ardiyanto/lamongantimes)
Nurul Huda, satu diantara pengrajin songkok di kampung songkok Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan (foto : Ardiyanto/lamongantimes)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang masih bertahan di angka Rp 13.800 di pasar spot pada Jumat (20/11/2015), membuat pengrajin songkok di Kabupaten Lamongan menjerit.

Pasalnya, bahan songkok berupa bahan kain beludru yang digunakan para pengrajin Lamongan tersebut bukan berasal dari dalam negeri, melainkan didatangkan dari Korea Selatan. Sehingga bahan import itupun terpengaruh terhadap nilai rupiah terhadap dollah AS.

Nurul Huda, satu di antara pengrajin songkok di kampung songkok Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, mengaku harga bahan kain bludru sudah melonjak sejak tiga bulan terakhir.

“Bahan kain beludru harganya mahal karena terpangaruh sama dollar yang masih Rp 13 ribu-an,” ucap dia. Huda mengaku, harga kain beludru untuk bahan songkok seharga Rp 100 ribu per-bendel.

Padahal sebelumnya, harga kain beludru berukuran 30 meter tersebut tidak sampai menyentuh angka Rp 100 ribu. “Sebekum dollar Rp 13 ribu harganya sekitar Rp 75 ribu,” sambung Huda.

Walaupun harga bahan baku tinggi, para pengrajin di Desa Pengangsalan tidak berani menaikkan harga songkok pe konsumen. “Tetap kita jual mulai harga Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu perbuah, harga tergantung motifnya juga,” bebernya.

Akibat resiko bertahan dengan harga tersebut, para pengrajin harus menelan pil pahit, lantaran keuntungan yang mereka dapatkan menipis. “Jadi sedikit untungnya,” keluh Huda.

Huda berharap, pemerintah RI, bertindak cepat untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. “Harapannya ke Pak Jokowi, nilai tukar rupiah kayak dulu lagi, Rp 10 ribu perdollar,” tandas dia.

Untuk sekedar diketahui, Desa Pengangsalan merupakan sentra penghaskl songkok terbesar di Kabupaten Lamongan. Sebab, 80 persen warganya berprofesi sebagai pengrajin songkok, terutama ibu-ibu rumah tangga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES