Kuliner Ramadhan 2015

Makanan Tradisional Khas Ramadhan di Makkah

Kamis, 25 Juni 2015 - 07:55 | 81.04k
Makanan tradisional ful, yang dibuat dari kacang, hampir selalu tersedia di meja makan orang Makkah, Arab Saudi, saat Ramadhan. (Wikipedia Commons)
Makanan tradisional ful, yang dibuat dari kacang, hampir selalu tersedia di meja makan orang Makkah, Arab Saudi, saat Ramadhan. (Wikipedia Commons)
FOKUS

Ramadhan 2015

TIMESINDONESIATIMESINDONESIA, MAKKAH – Makanan tradisional tersaji di sebagian besar meja makan orang Makkah ketika masjid-masjid di kota suci itu mengumandangkan suara adzan, yang menandai waktu untuk berbuka puasa.

Banyak yang menyiapkan makanan-makanan tradisional di rumah mereka, tapi tidak sedikit pula orang yang memenuhi pusat-pusat belanja untuk membeli makanan tradisional seperti sambusak, ful atau kacang kara oncet (Vicia faba) sebelum waktu berbuka.

Saddam Abbas, seorang pekerja di restoran penjual ful, mengatakan selama Ramadhan jumlah pembeli di restorannya meningkat sampai dua kali lipat. Menurut dia, para pembeli memenuhi restorannya setiap hari sepanjang Ramadhan.

Hashim Bashmakh (60) mengatakan Ramadhan adalah bulan untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kerja-kerja amal, dan selama bulan ini orang-orang lebih menyukai makanan tertentu.

Ful yang dibuat dari kacang dan bumbu, sup, sambusak dan subiya biasa ditemukan di meja makan orang Makkah selama bulan puasa.

Badour Al-Qurashi juga mengatakan bahwa selalu tersedia ful, sambusak dan subiya di meja tempat makanan pembuka puasa orang Makkah. Setiap Ramadhan dia selalu makan makanan itu.

Bashayer Al-Shanbari mengatakan Makkah terkenal dengan makanan tradisionalnya selama Ramadhan dan di antara yang paling top ada sup, sambusak, mento (semacam pangsit) dan farmouza.

Nada Al-Masri juga selalu menyajikan makanan-makanan itu selama Ramadhan selain Mabkhar dan air Zamzam.

"Ini membawa atmosfer Ramadhan dan ini mengingatkan kami pada masa lalu yang indah," katanya.

Asrar Al-Shanbari mengatakan ful, sup, mento dan farmouza harus ada selama Ramadhan karena makanan-makanan tradisional itu seperti menghubungkannya dengan para pendahulu dan tradisi mereka.

"Kami akan menanamkan adat ini ke anak-anak kami," katanya seperti dilansir laman Arab News. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : Antara News

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES