Glutera News

Ssst… Minum Rendaman Melati Bisa Cantik? Hiii…

Sabtu, 13 Juni 2015 - 20:33 | 450.77k
ilustrasi. (Foto: gluteranews)
ilustrasi. (Foto: gluteranews)

TIMESINDONESIATIMESINDONESIA, JAKARTA – Pernahkah Anda mendengar kata mitos? Mengapa mitos lebih mudah dipercaya dan didengar publik? Nah, Maestro Glutera Andri Ariestianto punya analisisnya.

Menurutnya, sesuatu yang berbau mitos sangat banyak di sekeliling kita. Apa saja bisa dimitoskan. Itu terjadi karena warisan kultur dari keturunan ke keturunan.

’’Kita terima dari pendahulu kita. Pendahulu kita juga terima dari pendahulunya. Terus begitu sampai atas. Lalu dibicarakan terus menerus. Akhirnya dipercayalah itu, jadilah mitos-mitos,’’ ujar Andri saat berbincang dengan TIMES INDONESIA beberapa waktu yang lalu.

Yang lebih unik, hal-hal yang dimitoskan tersebut banyak berada di sekitar kita. Artinya, apapun yang ada di sekitar kita itu bisa dengan mudah menjadi mitos. Dari yang tampak maupun yang tidak tampak.

Karena itu, saking banyaknya hal-hal yang bisa dimitoskan, daun dan batu saja bisa menjadi sesuatu yang seakan-akan luar biasa. ’’Inilah kultur yang dicampuradukkan kondisi masyarakat kita yang susah untuk mengkonfirmasi kebenaran dan belajar cross check,’’ ujarnya.     

Andri lantas mencontohkan beberapa mitos yang terjadi di dunia pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang yang concern dengan kecantikan dan pengobatan, Andri pun mengaku banyak mempelajari mitos-mitos tentang keduanya.

’’Mitos tentang kecantikan dan pengobatan sangat banyak beredar. Padahal jika dikonfirmasikan kebenarannya, belum pasti benar. Lebih ngeri lagi, meski belum terkonfirmasi kebenarannya, sudah dipakai orang untuk jualan dan cari duit. Tidak memikirkan hasilnya seperti apa. Ini kan membahayakan,’’ jelasnya.

Apa contohnya?

Ada mitos jika seorang wanita minum air rendaman Bunga Melati dan Bunga Kantil bisa bikin cantik ayu kayak Peri, kemudian jika konsumsi stem cell buah Kedondong bisa bikin cantik.  Lalu ada lagi, minum ramuan dedaunan tertentu bisa menyembuhkan kanker atau penyakit lainnya.

Semuanya bisa dikatakan mitos. Sesuatu yang hanya berkembang begitu saja di masyarakat. ’’Anehnya masyarakat kok percaya. Ini yang perlu diluruskan,’’ tandasnya.

Bagaimana mengukur itu mitos atau bukan? Andri menjelaskan, meluruskan itu sebenarnya mudah. ’’Ada ndak Jurnal Medis yang mengupas dan membuktikan kebenarannya. Nah, semua mitos-mitos tersebut tidak terkonfirmasi di Jurnal Medis,’’ tegasnya.

Ada lagi, sambung dia, mitos yang menggunakan bahasa medis tapi sebenarnya mitos. ’’Pernah dengar konsumsi Glutathione berdasarkan golongan darah? Golongan Darah B, harus Glutathione yang B, dan sebagainya. Itu hanya mitos. Karena belum ada penelitian ataupun Jurnal Medis yang mengatakan itu. Di muka bumi ini nama molekul Glutathione adalah GSH. Belum ada GSH A, GSH B, GSH O, dan sebagainya,’’ papar Andri.

Karena itu ia berpesan agar yang sudah terlanjur percaya mitos dan menggunakan mitos itu, bisa kembali ke Jurnal Medis pembuktiannya. ’’Alhamdulillah, kami di Glutera selalu minta pada masyarakat untuk cross check ke Jurnal Medis dunia. Hasilnya, semua ada di jurnal itu. Bukan mitos. Dosa lho membohongi orang yang tidak tahu,’’ tutur Andri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Satria Bagus
Sumber : Glutera News

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES