Kesehatan

Delapan Tahun Berjuang, Kini Lilik Ernawati Bebas dari Kanker Payudara

Minggu, 21 April 2024 - 21:56 | 33.02k
Lilik Ernawati, penyintas kanker payudara yang berhasil melewati masa-masa kritis, Minggu (21/4/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Lilik Ernawati, penyintas kanker payudara yang berhasil melewati masa-masa kritis, Minggu (21/4/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kisah perjuangan penyintas kanker payudara ini cukup menarik simpati. Tahun 2014. Lilik Ernawati merasakan nyeri pada payudara bagian kanan. Terutama menjelang menstruasi.

Nyeri itu datang di titik yang sama dan berulang tiap bulan. Namun ia berpikir hanyalah nyeri biasa, sampai hampir satu tahun berjalan. Setelah satu tahun itu, tiba-tiba muncul benjolan seperti biji kacang hijau. Jika dipegang akan terasa teksturnya.

Lilik langsung melakukan pemeriksaan ke dokter onkologi dan disarankan USG mammografi dan biopsi. Baru ketahuan ada tumor ganas yang bercokol di payudaranya. Mammografi ini merupakan tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya.

Lilik pada akhirnya memilih Medicelle Clinic Surabaya. Karena pertimbangan semua tenaga medisnya adalah perempuan. Ia rutin melakukan perawatan dan bergaul bersama komunitas survivor maupun penyintas. Semua seperti saudara bagi dirinya. Lilik berjuang delapan tahun lamanya.

"Saya ditangani oleh Medicelle Clinic," kisahnya.

Ia sempat mengalami gejala kanker berulang sampai tiga kali dalam masa tersebut. Lilik total menjalani tiga paket kemoterapi. Setiap paket membutuhkan 6-7 kali kemoterapi.

"Kalau ditotal saya sudah 18 kali kemoterapi ditambah dengan radiasi, operasi tiga kali. Terakhir saya operasi tahun 2018 dengan dr Sahar Bawazier," kata Lilik.

Alhamdulillah, perjuangan Lilik membuahkan hasil pada tahun kelima di bawah penanganan tenaga medis Medicelle Clinic. Ia tetap melakukan cek rutin hingga sekarang. Lilik telah dinyatakan bebas kanker. Dari survivor menjadi penyintas.

Tiap satu tahun sekali, Lilik melakukan USG payudara dan mammografi ulang. Walaupun dinyatakan bebas kanker payudara, screening tetap harus dilakukan guna memastikan kanker tak lagi muncul. 

Penyebab kanker payudara sendiri multifaktor. Kanker termasuk tumor ganas. Tidak ada yang bisa memastikan kemunculannya. Maka penting melakukan pemeriksaan sejak dini.

Begitu pula bagi yang kemungkinan sudah terdeteksi kanker payudara, jangan sampai menghindari pengobatan medis dengan alasan biaya. Kebanyakan justru beralih ke pengobatan alternatif. Padahal nyawa di atas segalanya.

"Mereka yang melakukan pengobatan alternatif kayaknya kehabisan biasa juga karena nggak sembuh-sembuh juga. Biaya yang mereka keluarkan bahkan lebih banyak daripada kalau dia langsung ke medis," kata Lilik.

Saat datang ke pengobatan medis, dikhawatirkan sudah terlambat tertangani. Karena tidak melakukan treatment secara bertahap sejak awal.

Dokter Sahar Bawazier selaku spesialis bedah umum dan payudara sekaligus Direktur serta Founder Medicelle Clinic mengatakan, bahwa selama ini pasien kanker payudara malu melakukan pemeriksaan lanjutan. Sebab mereka kerap ditangani dokter laki-laki.

Maka, Medicelle Clinic sering menjadi pilihan dalam penanganan kanker.

Di sisi lain, Medicelle Clinic terus bergerak mengubah mindset agar para perempuan melakukan pemeriksaan lebih dini agar pengobatan berjalan optimal. Tahun ini keberadaan Medicelle Clinic Surabaya telah memasuki tahun kelima.

Tren kanker payudara disebutnya terus meningkat. Namun rata-rata pasien baru merasakan ketika sudah tahap stadium lanjut. Paling banyak usia 30-45 tahun. 

"Ada beberapa stadium awal tapi lebih banyak stadium lanjut. Namun sekarang sudah lebih banyak yang datang ketika stadium awal," katanya didampingi  didampingi dr Citra Kumala.

Klinik ini memiliki alat-alat canggih pendeteksi kanker payudara. Misal alat Mamografi 3D. Karena wanita di Asia memiliki kontur payudara yang padat sehingga memerlukan peralatan seperti ini. "Alat kita lebih canggih, semua ada hingga biopsi. Pasien tidak perlu keluar lagi untuk penanganan," ucapnya.

Kanker payudara sendiri bisa disembuhkan melalui penanganan medis. Kanker juga merupakan faktor genetik. "Tetapi sembuhnya bukan seperti penyakit infeksi, kita bilang remisi," jelasnya.

Terutama pada stadium awal kemungkinan sembuh mencapai 90-100 persen. Memang masih ada kemungkinan kambuh lagi, tapi bisa dicegah dengan pengobatan selama belum ada penyebaran. Pengobatan bisa maksimal, pasien bisa disembuhkan.

Ia mengimbau para perempuan rutin Periksa Payudara Sendiri atau SADARI. Jika menemukan gejala diharapkan segera ke dokter untuk melakukan screening.

Bertepatan momentum Hari Kartini, dr Sahar Bawazier ingin terus menggencarkan edukasi akan bahaya kanker payudara kepada kaum hawa. Edukasi tentang pentingnya peduli pada kesehatan payudara, sebab masih banyak perempuan takut melakukan screening payudara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES