Peristiwa Daerah

50 Kades dan 23 Camat di Bondowoso 'Ngaji' Pengelolaan Desa ke Bali

Sabtu, 10 Desember 2016 - 01:05 | 256.16k
Kades Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, Gede Ardana, saat menjelaskan keberhasilan BUMDes di desanya kepada para Kades, Camat dan pengurus BUMDes dari Kabupaten Bondowoso. (Foto: m.Khadafi/TIMES Indonesia)
Kades Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, Gede Ardana, saat menjelaskan keberhasilan BUMDes di desanya kepada para Kades, Camat dan pengurus BUMDes dari Kabupaten Bondowoso. (Foto: m.Khadafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BALI – Semangat untuk mengembangkan dan mengelola desa yang berdaya dan sejahtera menjadi komitmen para kepada desa (Kades) dan Camat di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Para Kades dan Camat siap bangkit menuju "Desa Membangun" yang menjadi Presiden Jokowi.

Sebanyak 23 Camat, 50 Kades dan 17 pengurus BUMDes dengan didampingi dua anggota DPRD Komisi IV Kabupaten Bondowoso dengan difasilitasi Bapemas setempat melakukan studi lapangan ke sebuah desa di Bali. Yakni di Desa Tajun.

foto-B6O0Xe.jpg

Menurut Ketua rombongan studi lapangan, H Asnawi Sabil, yang menjabat sebagai Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kabupaten Bondowoso, studi lapangan itu bertujuan untuk 'ngaji' tentang suksesnya BUMDes di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Bululeleng, Bali.

"Karena Desa Tajun merupakan desa terbaik tingkat nasional dalam hal pengelolaan BUMDes. Dasar kami, studi lapangan ke Desa Tajun juga rekomendasi Bappeda Kabupaten Bondowoso. Hal itu berdasarkan informasi dari website Kementerian Desa yang sudah memperoleh penghargaan nasional," jelas Asnawi Sabil, kepada TIMES Indonesia, Jumat (9/12/2016).

Studi lapangan kata Sabil, dinilai sangat penting karena saat ini di Kabupaten Bondowoso sedang dibahas RPJMDes untuk tahun anggaran 2017.

Dalam studi lapangan itu, para Kepala desa, Camat serta pengurus BUMDes disambut baik pihak Desa Tajun. Ada dialog interaktif antara keduanya. Tanya jawab soal pengelolaan desa dan terbentuknya BUMDes yang telah dibentuk dan berkembang di Desa Tajun.

Sementara itu, menurut Kades Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Gede Ardana, pihaknya mengaku bangga atas kunjungan para kades dan camat serta pengurus BUMDes di Kabupaten Bondowoso.

foto-C3cpyg.jpg

Dia menjekaskan bahwa BUMDes di Desa Tajun didirikan sejak Desember 2010 silam dengan modal nekat. "Kita awali dengan menyusun RPJMDes untuk kebutuhan enam tahun kedepan. Karena RPJMDes seharusnya memang disusun oleh desa," jelasnya.

RPJMdes katanya, harus dibuat sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa, bukan berdasarkan keinginan pemimpin desa. Melihat potensi itulah, pada tahun 2010, Desa Tajun langusung mendirikan BUMdes dengan modal nekat, yaitu membuka unit usaha simpan pinjam dengan modal Rp 10 juta dan saat ini sudah beromzet mencapai Rp 10 miliar.

"Jadi sebelum ada UU Desa, kami sudah memulai dan sekarang kami diakui pusat melalui Kementerian Desa," katanya.

Dalam mengelola BUMDes menurut Gede, ada beberapa syarat agar kuat dan mandiri. Diantaranya saham BUMDes harus dominan dimiliki pemerintahan desa.

"Jangan gampang menarik investor sebelum desanya kuat," katanya.

foto-Dxts9G.jpg

Saat ini menuut Gede, BUMDes yang ada sudah bekerja sama dengan tiga lembaga keuangan diantaranya BPD Bali dan BRI dengan perputaran di pasar 20 miliar lebih.

"Untuk membuat desa maju, kita harus gerak cepat jangan lambat," kata Gede dengan nada memberi semangat.

Gede menjelaskan, sebelum ada dana desa, modal BUMDes mengandalkan ADD, pajak dan retribusi. Dia juga memberi gambaran bagaimana mendirikan BUMDes yang baik dan benar.

Menurutnya, harus selaras dengan program Pemdes, Memancing kapital inflow, membangun karakter masyarakat untuk bisa di percaya. 

Setelah Gede banyak menjelaskan juga digelar dialog, Camat dan Kades Bondowoso sangat terlihat sangat tertarik dan ingin teris belajar lebih jauh terkait suksesnya BUMDes di Desa Tajun.

foto-E6ADnm.jpg

Dalam sesi dialog, Kades Alassumur, Totok Suharto dan Camat Pujer, Ifan Arifandi menyampaikan unek-uneknya. "Kami ingin mengundang pak Kades dan Ketua BUMDes disini untuk datang ke daerah kami dalam rangka menularkan ilmunya," katanya yang disambut baik Kades Tajun.

Dalam pantauan TIMES Indonesia di lapangan, ada beberapa usaha BUMDes Tajun yang sukses. Diantaranya, unit simpan pinjam yang saat ini omzet mencapai 10 miliar, Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang bisa menjadi pupuk organik, pengelolaan PDAM serta pasar desa yang perputarannya mencapai Rp 20 miliar. Selain itu, juga berencana akan membuka unit usaha baru bidang konstruksi.

Kembali menurut Gede, pihaknya sangat bersyukur BUMDes yang didirikannya Desember 2010 silam, di Indonesia sudah ada 12 ribu BUMDes dan dan sebanyak 8 ribu BUMDes sudah sukses.

"BUMDes itu dibentuk untuk kesejahteraan desa. Adanya BUMDes supaya bisa mengetahui potensi desa. Saat ini, konsep desa mambangun. dan untuk membangun desa ada di BUMDes," jelasnya.

Alokasi dana jelas Gede, harus sesuai dengan anggaran yang ada. Yakni, harus mengacu pada pertumbuhan ekonomi, berpihak pada warga miskin, berpihak pada lingkungan, bisa memberikan peluang pekerjaan dan harus peduli pada adat dan budaya. "Itu konsep mendasar mengembangkan desa," katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES