Indonesia Positif Ketahanan Informasi Ekonomi

Fasilitasi Kampung Mandiri di Desa Perbatasan Papua

Selasa, 11 Oktober 2016 - 11:14 | 143.80k
Suasana dialog aparat Pemerintah Pusat dengan penduduk Kampung Usku, Papua, di gereja setempat. (Foto: AJP for TIMES Indonesia)
Suasana dialog aparat Pemerintah Pusat dengan penduduk Kampung Usku, Papua, di gereja setempat. (Foto: AJP for TIMES Indonesia)
FOKUS

Ketahanan Informasi Ekonomi

TIMESINDONESIA, PAPUA – Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi RI pada 2016 ini memprogramkan sebuah proyek percontohan tentang mewujudkan desa mandiri berbasis adat.

Percontohan ini dilaksanakan di Kampung Usku, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Keerom sendiri adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. 

Kampung Usku (terminologi desa di Papua disebut kampung) adalah salah satu desa tertinggal yang dipilih menjadi lokasi percontohan ini. "Kampung Usku termasuk desa yang sangat tertinggal dalam beberapa kriteria,'' kata Dr Leroy Samy Uguy, Kapuslitbang Kemendes RI, yang bertanggung jawab penuh percontohan ini.

Leroy memaparkan, kreteria itu adalah, pertama, pemenuhan kebutuhan dasar yang jauh dari layak. Kelaparan dan kurang gizi adalah kelaziman mengingat penduduk kampung hanya menggantungkan kepada hutan untuk mengambil tumbuhan atau berburu binatang sebagai makanan sehari-hari.

"Selain itu, fasilitas kesehatan sangat minim, dan pendidikan yang sangat terbelakang membuat kampung ini menjadi sangat tertinggal," tambah Leroy Samy Uguy.

Kampung percontohan yang programnya dimulai pada bulan April lalu itu kini mulai menampakkan beberapa hasil yang memuaskan. Alizum Mashar, peneliti muda Puslitbang Kemendes yang mengkoordinasi pelaksanaan program ini menyampaikan perkembangannya.

"Alhamdulillah, penduduk laki-laki di Usku kini hampir semua mau berladang. Satu-persatu mereka bergabung. Belajar dari dasar tentang bercocok tanam. Mulai dari mencangkul, menanam, menyemai, dan kini beberapa tanaman siap dipanen," kata Alizum.

"Kini mereka mulai jarang pergi ke hutan. Sebelumnya, mereka bisa berhari-hari bahkan hingga 2 minggu ke hutan untuk mencari makan dan berburu. Kini mereka dapat mengambil jagung, daun talas, ketimun, kedelai, tomat, cabai, dan yang lain di kebun dekat rumah mereka. Anak-anak tidak perlu ikut ke hutan, bisa fokus di sekolah." tambah ahli pertanian ini dengan bersemangat.

Sementara, Muhyiddin, perencana senior dari Pusat Analisa Kebijakan (PAK) Bappenas RI, yang ikut memantau program ini memandang positif.

"Sebagai implementasi dari kebijakan prioritas nasional tentang pembangunan dari pinggiran, percontohan ini layak diapresiasi. Kerjasama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah akan lebih dipertajam agar pemberdayaan masyarakat kampung tertinggal di papua dapat lebih tepat sasaran," jelasnya.

Beberapa penduduk kampung dan Ondoafi (tokoh adat) juga menyatakan suka citanya atas manfaat dari program ini. Salah satunya Pak William.

"Banyak manfaatnya bapak. Kita orang tidak perlu lagi pergi ke hutan berhari-hari untuk cari makanan. Daun talas, kedelai, ketimun ada di dekat rumah kita. Kita senang sekali," ucap William.

Asisten 1 Bupati Keerom, Yohanna Waas, berkali-kali mengucapkan terima kasihnya atas program ini kepada aparat pemerintah pusat yang mengawal program. Kepada masyarakat kampung Yohanna mengajak supaya lebih giat dan terbuka.

"Ini bukti pemerintah pusat sayang kita. Pak Jokowi memperhatikan kita, sayang kita. Indonesia sayang Papua. Pembangunan dari pinggiran yang dicanangkan pemerintah di kampung kita mari kita sambut. Mari kita bantu, agar kampung kita, kampung Usku jadi mandiri dan sejahtera," ujar pejabat yang juga penduduk asli Distrik Senggi ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES