Gayeng With YM

Membahagiakan Diri dengan Sedekah

Selasa, 24 Mei 2016 - 21:18 | 87.95k
Ilustrasi
Ilustrasi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – ‘’Bismillah, ayo berangkat Mas,’’ Teguh Yuwono (41) mengajak sopir angkot yang disewanya untuk bergegas. Masjid Jabalur Rahmah, Situ Gintung, Tangerang Selatan, menjadi tujuan mereka. Seratusan parcel yang diangkut harus sudah tiba di sana sebelum pukul 17.00, karena ditunggu anak-anak pengungsi yang tengah mengikuti aksi Mobile Qur’an PPPA Daarul Qur’an.

Pengurus Ikatan Keluarga Muslim ‘’Al Ikhwan’’ Deutsche Bank ini deg-degan. Pasalnya, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Dari rumahnya di Permata Pamulang, perjalanan ke Jabalur Rahmah bakal memakan waktu lebih dari satu jam. Soalnya ini hari Sabtu (4/4), sehingga diperkirakan jalan seputar Situ Gintung macet oleh banyaknya ‘’wisatawan bencana’’.

Alhamdulillah, ‘’kepadatan arus lalu lintas bagai menyibak untuk memberi jalan bagi kita,’’ kenang Teguh. Padahal, angkot yang ditumpangi sempat salah jalan menuju lokasi sehingga harus menempuh jalur memutar. Toh sebelum pukul 17.00 parcel bisa tiba di Jabalur Rahmah dan langsung dibagikan. Bingkisan dari IKM ‘’Al Ikhwan’’ itu menambah keceriaan bocah-bocah pengsungsi korban tsunami kecil Situ Gintung.

Teguh Yuwono mengakui, ‘’keajaiban-keajaiban’’ kecil seperti itu kerap dialaminya. Seperti suatu hari, ketika istrinya meminta ponsel. ‘’Ntar ya Mah, kalau sudah ada rejeki. Mamah yang rajin shalat dhuha, biar segera terkabul,’’ kata sekretaris DKM Masjid Al Muhajirin Permata Pamulang ini. Ia lalu berangkat kerja.

Sudah bermotor hingga memasuki jalan Pamulang, tiba-tiba Teguh ingat ada dokumen yang ketinggalan. Dia pun putar balik ke rumah. Istrinya tengah shalat dhuha ketika ia mengambil dokumen dan hendak berangkat kembali.

‘’Pak Teguh, boleh saya ikut bonceng? Mobil saya sedang dipakai orang, nih,’’ seorang tetangganya menegur Teguh yang sedang menghidupkan motor di halaman.

‘’Ayo, silakan Pak.’’

‘’Sebentar ya Pak,’’ kata si tetangga, lalu masuk rumah. Tak lama kemudian ia keluar sambil menenteng sebuah kardus kecil. ‘’Pak,’’ katanya sebelum membonceng, ‘’saya ini kan kerja di Esia. Nih, saya hadiahkan satu hp Esia untuk Bapak.’’

‘’Masya Allah, Alhamdulillah,’’ seru Teguh sambil menerima pemberian tetangganya. ‘’Terima kasih sekali, Pak, saya memang lagi butuh hp buat istri.’’ Teguh pun bergegas masuk rumah kembali untuk memberikan ponsel ke istrinya.

Teguh yang juga spiritual advisor pada LSM Maestro Tangerang, pada 1992 pernah mengalami koma beberapa hari akibat kecelakaan. Ia yang saat itu mahasiswa UGM, bahkan sempat divonis ‘’mati’’. Namun akhirnya, Teguh sembuh dengan sejumlah bekas luka di tubuhnya.

Sejak itulah, ia ber-azzam untuk menyedekahkan sisa hidupnya bagi kepentingan ummat. Wasiat Nabi SAW: ‘’Bahagiakan dirimu dengan membahagiakan orang lain’’ menjadi filosofi hidupnya.

Setelah menyimak dakwah Ustadz Yusuf Mansur, Teguh semakin yakin bahwa sedekah yang disertai riyadhoh niscaya menjadi problem solver kehidupan sehari-hari. Rejeki berupa materi, kenaikan fasiltas kerja, dan kemudahan-kemudahan hidup, diyakini penulis buku ‘’Sajadah Perbankan’’ ini sebagai buah sedekah.

‘’Betul juga kata Bang Hadiar Bagir,’’ kata Teguh mengutip bos Mizan, ‘’perbuatan yang paling egois adalah memberi.’’ Karena memberi, sesungguhnya adalah investasi pribadi.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : YusufMansur.com

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES