Peristiwa

Balitbang Pertanian Siapkan Inovasi Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan

Jumat, 27 Mei 2016 - 20:31 | 99.15k
Suasana Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 25 Mei 2016, di Balitkabi (Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) Pakisaji, Kabupaten Malang. (Foto: Ferry Agusta Satrio/MalangTIMES)
Suasana Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 25 Mei 2016, di Balitkabi (Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) Pakisaji, Kabupaten Malang. (Foto: Ferry Agusta Satrio/MalangTIMES)

TIMESINDONESIA, MALANG – Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian menyiapkan inovasi teknologi pertanian tanaman pangan pada lahan suboptimal yang ramah lingkungan.

Bukan sekadar memanfaatkan lahan yang rendah tingkat kesuburannya, namun menciptakan inovasi yang ramah lingkungan. Sehingga produk tanaman pangan yang dihasilkan, aman untuk dikonsumsi.

Contohnya, inovasi pemanfaatan pupuk hayati yang mengandung bakteri Rhizobium sp untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah di lahan tanah inceptisol. 

Bakteri rhizobium memiliki peran meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan membunuh hama tanaman.

Lahan inceptisol termasuk lahan suboptimal. Tanah jenis ini masih berupa induk yang belum matang, umumnya terdapat di lereng yang curam dan hutan.

Di Indonesia, tanah inceptisol banyak terdapat di Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Maluku.

Riset yang dilakukan Jati Purwani, Elsanti, dan Surono dari Balai Penelitian Tanah Bogor, menunjukkan penggunaan pupuk hayati berbasis bakteri rhizobium pada tanah inceptisol, mampu meningkatkan tinggi tanaman dan hasil kacang tanah.

Contoh inovasi lainnya, penggunaan varietas kedelai yang unggul dan adaptif terhadap emisi gas dinitrogen oksida (N2O). Gas ini turut menyumbang pada meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer. 

Meskipun sumbangan emisi gas N2O terhadap atmosfer rendah, namun keberadaannya sangat stabil dan mempunyai waktu tinggal sampai 150 tahun.

Untuk mengurangi emisinya, tiga peneliti dari Balai Penelitian Lingkungan Pertanian di Pati, Jawa Tengah, yakni Eni Yuliningsih, Ika Ferry Yunianti, dan Prihasto Setyanto, melakukan riset di kebun percobaan lembaganya. 

Mereka ingin mengetahui emisi gas N2O dari varietas kedelai pada lahan suboptimal, berupa sawah tadah hujan.

Ada 8 (delapan) varietas kedelai yang diuji, ternyata varietas Detam 4 Prida menghasilkan emisi N2O terendah, sebesar 0,43 kg per hektar per musim.

Sekretaris Balitbang Pertanian, Dr Mohammad Pramayudi mengatakan, pihaknya terus berupaya dan mendorong inovasi teknologi pada lahan suboptimal yang ramah lingkungan.

"Inovasi teknologi yang kita hasilkan adalah inovasi yang ramah lingkungan. Jadi tidak inovasi yang merusak lingkungan," ujarnya.

Di Kabupaten Malang sendiri, terdapat lembaga riset tanaman pangan pertanian, salah satunya Balitkabi (Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) yang berada di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji.

Inovasi ramah lingkungan yang dihasilkan dari Balitkabi, seperti varietas kedelai yang tahan hama.

Selain itu juga ada beberapa varietas ubi kayu seperti Malang 4 dan Faroka. Varietas ini berhasil dikembangkan di wilayah Malang bagian selatan, yang cukup luas lahan keringnya.

Kendati demikian, Kepala Balitkabi, Didik Harnowo mengatakan bahwa lembaganya bertugas sebagai pelaksana teknis.

Tugasnya melakukan riset untuk menghasilkan varietas dan benih sumber aneka tanaman kacang dan umbi-umbian.

Bagaimana produk yang dihasilkan bisa diterapkan pada masyarakat khususnya petani, menurut Pramayudi, menjadi tanggungjawab dan membutuhkan kerjasama stakeholder terkait.

"Inovasi teknologi kita sudah sangat siap untuk diterapkan. Ayo kita informasikan, agar sampai ke masyarakat," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Sumber : =

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES