Peristiwa

Ibu Bunuh Bayi, Tanda Religiusitas Masyarakat Merosot

Selasa, 24 Mei 2016 - 00:17 | 54.23k
Rektor IAI Nurul Jadid KH Dr Malthuf Siroj (Foto: Dok. ProbolinggoTIMES)
Rektor IAI Nurul Jadid KH Dr Malthuf Siroj (Foto: Dok. ProbolinggoTIMES)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kasus pembunuhan bayi oleh ibunya sendiri di Desa Karangrejo, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo pada Minggu (22/5/2016) dini hari, merupakan tanda merosotnya rasa keberagamaan (Religiusitas) masyarakat.

Penilaian itu disampaikan Rektor IAI Nurul Jadid KH. Dr. A. Malthuf Siraj M. Ag, Senin (23/5/2016) petang. "Masalahnya sangat kompleks. Pertama, makin turunnya rasa keberagamaan masyarakat," katanya.

Penyebab lainnya, lanjut Kiai Malthuf, yakni pengaruh teknologi informasi. Karenanya, peningkatan rasa keberagamaan masyarakat dan pembatasan konten pornografi di internet mutlak dikakukan.

Upaya itu, bisa dilakukan oleh pemerintah, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga keislaman. "Semua mesti terlibat," kata salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid tersebut.

Bentuknya bisa beragam. Antara lain berupa majelis taklim, salawatan dan yasinan rutin, qiyamul lail (bangun malam), serta istighosah. "Tapi bukan istighosah yang demonstratif yang bermutan politik," katanya.

Diketahui, seorang ibu berisial LL (40) asal Desa Karangrejo, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo nekat membunuh bayi yang baru dilahirkannya. Wajah bayi laki-laki bernomor 1,5 kilogram itu, di pukul dengan batu dan dicekik hingga tewas.

Setelah menghabiskan bayinya, LL menguburnya di pekarangan belakang rumahnya untuk menghilangkan jejak. Tapi perbuatannya itu terbongkar tak lama pasca kejadian. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES