Pendidikan

Mengenal Sanggar Seni Darimu Purbalingga, yang Bermodal 2 Batang Bambu

Minggu, 22 Mei 2016 - 15:43 | 353.24k
Sanggar Seni Darimu Entertainment Education Purbalingga ( Foto : Edi Siswanto/Purbalingga TIMES)
Sanggar Seni Darimu Entertainment Education Purbalingga ( Foto : Edi Siswanto/Purbalingga TIMES)

TIMESINDONESIA, PURBALINGGA – Sanggar yang terletak di tengah hamparan sawah dan terpencil ini, merupakan salah satu sanggar seni di Purbalingga yang konsen di bidang pengembangan sumber daya manusia dan alam. Dengan lebih menekankan pada proses belajar non formal, berproses dan berekspresi.

Berangkat dari berbagai latar belakang komunitas seni yang berbeda. Hiburan dan pendidikan, serta jujur dan ikhlas, menjadi urat nadi penggerak sanggar seni “Darimu Entertainment Education" Purbalingga. Sebuah sanggar seni yang berdiri sejak tahun 2012 di Desa Bokol Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Sebuah sanggar seni yang lebih banyak berisi aktivitas putra putri remaja putus pendidikan formal dan pelajar aktif ini, bergulat pada aktivitas belajar seni atau hiburan dan karya. Tercatat ada ratusan remaja lepas yang aktif belajar, sementara ada sepuluh remaja putra putri yang aktif.

Pengelola Sanggar Seni Dirimu, Dwi Nugroho (21) menjabarkan bahwa, belajar dan terus belajar adalah menjadi ruh bagi semua yang tergabung dalam komunitasnya. “Namun, hasil dari belajar harus menghasilkan energi dalam aktifitas atau karya. Sampai pada saatnya, manusia menemukan jati dirinya dan berhenti ketika manusia meninggal” terang Dwi Minggu (22/5/2016).

Meski serba minim fasilitas, tak menyurutkan semangat untuk belajar dan berkarya.  Berangkat dari modal pribadi dan para simpatisan di komunitas seni, plus 2 buah batang bambu wulung pemberian orang. Sembari berjalannya waktu, kini sangar seni Darimu telah membuktikan kiprahnya dengan adanya kegiatan belajar seni dan bekarya. Termasuk, beberapa fasilitas bangunan yang semuanya terbuat dari bambu. Seperti “Gubug Apresiasi” berukuran 6 x 5 meter sebagai ruang untuk unjuk kebolehan.

Selanjutnya sebuah bangunan yang memanjang layaknya tempat panggung lesehan atau café “Bakal Angkringan”, sebagai tempat bersantai, berdiskusi sambil menikmati aneka kuliner. Tak ketinggalan sebuah bangunan sebagai ruang kasir, di sebelah kanan pintu masuk sanggar.

Kemudian bangunan workshop untuk produksi kerajinan bambu lengkap dengan gudang penyimpanan bahan baku bambu wulung. Dan masih ada satu lagi, sebuah bangunan bambu yang cukup menarik, yaitu sebuah bangunan berlantai dua. Dengan saka pilar bambu yang cukup besar dari jenis bambu petung, yang disebut “Gallery Aku Aksesoris Darimu Rupa Rupa.

Lanjut Dwi, untuk lantai atas adalah sebagai ruang untuk audiens, sharing dan moment event, sedangkan untuk lantai dasar untuk tempat display aneka kerajinan bambu hasil karya teman temanya.

Memasuki tahun 2016 ini, sanggar seni Darimu telah memiliki beberapa aktivitas seperti, belajar seni musik, seni tari, puisi dan sastra, serta belajar untuk seni karya, yaitu seni kerajinan dari bambu. “Dan semua aktifitas belajar memiliki agenda atau program masing masing, jadi setiap hari tidak sepi dari aktifitas” ucap pemuda berambut gimbal ini.

Untuk seni musik, telah melahirkan satu buah mini album yang berjudul “Dwi Kalian Kanca Berteman Alam”, sebuah album musik yang bernuansa musik akustik modern dan etnik. Dan untuk seni tari, yaitu “Julia Dance” yang telah melahirkan karya karya seni tari kontemporer dan tari tradisional, seperti tari apong, tari wong ndeso, tari khalifah dan tari DKK.

“Meski ini tari modern, tapi kebanyakan ada etniknya, karena kebanyakan dalam tampilan seni tari lebih menonjolkan seni musiknya” ucap Sri Julia yang telah tiga tahun aktif di sanggar sebagai pelatih tari.

Sementara untuk seni kerajinan, telah berproduksi aneka kerajinan meja kursi, pigura, tutup lampu dan aneka aksesoris. Ada dua jenis bambu yang menjadi andalan produksinya, yaitu bambu wulung dan bambu totol. Yang semuanya berasal dari desa setempat.

“Dan produksi kerajinan bambunya telah dipasarkan di wilayah Purbalingga, Banjarnegara dan Banyumas” terang Priyanto, salah satu pembuat kursi bambu.

Sementara itu, pelajar SMK yang sedang belajar menari, Afri dan Wahyu menuturkan, “selain banyak belajar tari dan musik, juga belajar etika, sopan santun serta belajar berkarya, seperti membuat tempat tisu, pigura dan lain lain” akunya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Sumber : Purbalingga TIMES

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES