Peristiwa

Polisi Pencari Berkah dari Tumpukan Sampah

Kamis, 19 Mei 2016 - 17:48 | 114.82k
Aktivitas Bripka Seladi (57) , anggota Satlatas Polresta Malang yang juga sebagai pengumpul sampah saat ditemuai di rumahnya (Foto: M. Agus Salim/ MalangTIMES)
Aktivitas Bripka Seladi (57) , anggota Satlatas Polresta Malang yang juga sebagai pengumpul sampah saat ditemuai di rumahnya (Foto: M. Agus Salim/ MalangTIMES)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sosok Bripka Seladi (57) , yang sehari-harinya bekerja sebagai anggota Satlatas Polresta Malang, kini tak hanya dikenal dikalangan polisi di lingkungan Mapolresta Malang. Namun, ia sudah dikenal 'warga dunia' maya.

Mengapa? Berkat aktivitas kesehariannya yang mencari berkah melalui tumpukan sampah yang dikumpulkannya setiap hari, setelah pulang bertugas menjadi polisi.

Saat wartawan MalangTIMES mengunjungi rumahnya, terlihat di sebuah gudang barang bekas atau rongsokan, dua insan tengah mengaduk-aduk sampah. Botol minuman, kresek, plastik, hingga sampah kertas dan sejenisnya, yang dipilah.

Mereka adalah Seladi, bersama anaknya, Dimas. Kedua sedang asyik memilah sampah sesuai jenisnya agar mudah dijual.

Saat itu, tercium bau khas sampah basah tak menjadi halangan bagi mereka untuk menambah pundi-pundi keuangan keluarga.

Selain itu, terlihat juga belatung, serbuan nyamuk yang setiap saat mendesing di telinga setiap orang yang mendekat pada tumpukan sampah itu.

Suasana itu sudah terbiasa dialami Seladi dan anaknya yang ikut membantunya. Terlihat juga tumpukan sampah yang sudah dibungkus trashbag siap jual.

Sosok pria berpangkat Bripka itu jika masuk kantor bertugas di bagian praktik SIM di Satlantas Polresta Malang. "Saya di bagian praktik SIM untuk roda empat," akunya saat ngobrol bersama MalangTIMES.

Pria yang sudah dikarunia tiga anak itu, bertugas di bagian ujian praktik Surat Izin Mengemudi (SIM), bagi sebagian orang menganggap bisa mendapatkan penghasilan banyak kalau ada pemohon yang sengaja memberi uang atau suap agar diloloskan.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi Seladi. Kisahnya dia, selama 16 tahun bertugas, ia terang-terangan menolak segala pemberian pemohon baik berupa uang atau bingkisan yang diberikan kepadanya.

Bahkan katanya, pemberian itu sampai diantar ke rumah Seladi. "Ada yang juga sampai diantar ke rumah. Tapi saya suruh anak saya mengembalikannya," akunya sembari menunjuk kearah anaknya yang berada disebelahnya.

Seladi lebih memilih mencari rejeki lain yang halal. Yakni kerja sambilan atau usaha sampingan lain, dengan mengumpulkan barang bekas dan sampah dari lingkungan kantornya maupun toko-toko di sekitar kantornya.

Awalnya, cerita Seladi, dirinya mencari sampah di lingkungan kantornya, namun karena ada pemulung yang juga mengambil sampah di sana, ia memilih mencari di tempat lain.

Mencari berkah dari sampah itu, dilakukan di luar jam dinas atau ketika waktu senggang. "Yang penting tidak menyalahi aturan. Karena kerja sampingan itu saya lakukan diluar jam kerja saya sebagai polisi," katanya.

Usaha sampingan tersebut sudah dijalani Seladi selama delapan tahun dan saat ini sudah memiliki sebuah gudang atau bangunan rumah yang digunakan untuk menumpuk barang-barang bekas yang dikumpulkan maupun hasil setoran pemulung.

Di gudang yang lembab itulah, dia dan anaknya setiap hari bergelut dengan sampah. Tujuannya Sleadi, salah satunya untuk mendidik anak-anaknya meraih cita-cita yang membuat dirinya tidak ingin mengambil jalan pintas untuk menjadi kaya. "Mencari rejeki yang halal dan barokah," katanya.

Dengan kerja itu, ia dapat mendidik anak-anaknya bekerja keras dan bisa mengetahui bagaimana susahnya orang bekerja dan mencari nafkah. Caranya harus dengan cara yang jujur dan halal.

"Sampah ini bisa menjadi uang, eman ini rezeki kenapa harus dibuang-buang," ujarnya.

Selain menjadikan sebagai usaha sampingan, pekerjaan itu juga disiapkan untuk masa pensiun agar ada kesibukan dan menambah penghasilan.

Sementara, anaknya yang kedua, Dimas, juga termasuk penurut dan selalu membantunya memilah sampah di gudangnya.

"Cita-cita anak saya, ingin menjadi polisi dan sekarang sudah daftar. Semoga bisa lulus dan menjadi polisi yang jujur," harapnya.

Soal anaknya daftar polisi, Seladi mengaku, hanya bisa mendukung melalui doa. Karena dia mengaku tidak punya kenalan atau orang dekat baik pejabat maupun polisi.

Pekerjaan memulung sampah itu katanya, bukan tanpa cibiran rekan kerjanya maupun orang sekitar. Ia mempunyai prinsip membantu semua orang dengan ikhlas tanpa pamrih dan sabar menghadapi kehidupan yang dijalaninya.

Kalau dulu, kata dia, rekan-rekannya cuek dan acuh terhadap kebiasaannya mengumpulkan sampah. Namun, kini sudah banyak orang di lingkungan kerjanya memberikan sampah dan semua botol bekas dan sampah diberikan kepadanya.

"Dulu banyak orang yang acuh. Sekarang, malah ditawari banyak barang bekas. Yang penting tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu teman. Cari yang halal dan barokah agar anak-anak saya sukses," katanya.

Meski berjibaku dengan tumpukan sampah hampir setiap hari, dirinya mengaku sehat-sehat saja dan tidak menderita penyakit serius.

Setiap hari, antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu bisa dihasilkannya dari sampah. Sementara, di lingkungan kerjanya, yang bisa dikatakan "lahan basah" tak membuatnya tergoda.

Kalau ada orang yang akan memberi 'uang tips', Seladi memintanya bagaimana pemberian itu disumbangkan ke masjid dan anak yatim yang lebih membutuhkan dan menjadi amal jariyah.

"Jika saya mau menerima pemberian itu, saya sudah jadi orang kaya. Saya tidak pernah meminta, tapi diberi," katanya sembari tersenyum.

Bayangkan saja, jika per orang memberi 'uang suap' senilai Rp 50 ribu, dan yang memberi ada 10 perhari, sudah ada Rp 500 ribu perhati yang didapatkan.

"Bisa anda hitung sendiri itu kalau dilakukan selama 16 tahun," katanya.

Namun, bukan itu yang dicarinya selama bekerja di lingkungan kepolisian. Karena menurut Seladi, penghasilan semacam itu, tidak akan barokah.

"Lebih baik cari penghasilan sampingan dengan sampah, yang penting barokah. Mudah-mudahan anak-anak saya, yang saya didik dengan jujur ini, bisa menjadi polisi yang jujur dan tidak mau disuap," harapnya.

Bagi Seladi, ada dua pilihan rezeki yang bisa dipilih manusia di dunia ini. Pertama, rezeki yang baik dan rezeki yang buruk. "Keduanya (rejeki yang baik dan rejeki yang buruk), ada konsekuensinya, tergantung akan memilih yang mana. Yang halal apa yang haram," katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : =

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES