Ekonomi

Green House Jadi Penyelamat Produksi Pertanian

Jumat, 13 Mei 2016 - 21:02 | 101.74k
PETANI: Kustomo berpengalaman bahwa green house bisa mengurangi penggunaan pestisida. (Foto: Nurliana Ulfa/BatuTIMES)
PETANI: Kustomo berpengalaman bahwa green house bisa mengurangi penggunaan pestisida. (Foto: Nurliana Ulfa/BatuTIMES)

TIMESINDONESIA, BATU – Datangnya arus globalisasi tidak dapat ditepis oleh siapapun, termasuk oleh petani di Kota Batu. Petani mau tidak mau berhadapan dengan persaingan produk pertanian internasional.

Untuk itulah, perlu adanya kepedulian pemerintah membantu petani dengan konsep pertanian modern.

”Pertama, pemerintah harus membantu petani menjadi petani modern. Tidak zamannya lagi bertani secara tradisional,” ungkap Kustomo, mantan ketua Gabungan Kelompok Tani Apel Kota Batu 2008 hingga 2013.

Salah satu cara untuk mendidik petani agar modern adalah dengan membuat green house di kebun masing-masing petani.

Green house atau rumah bagi tanaman, menurut Kustomo, adalah hal terpenting sebagai upaya menghasilkan produk-produk pertanian berkualitas semi organik.

”Mungkin biaya awalnya sedikit mahal. Nnamun green house ini kalau dirawat dengan baik bisa digunakan sampai lima tahun,” ungkap pria yang tinggal di Dusun Gintung Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji Kota Batu ini.

Green house dapat menangkal hama. Jika biasanya petani harus memberikan pestisida dua kali seminggu, dengan penggunaan green house cukup dua bulan sekali. Hal itu jelas menghemat biaya pembelian pestisida.

Bila dihitung, hasil panennya akan jauh lebih besar dibandingkan lahan tanpa green house. ”Kalau produk pertaniannya organik, maka sasarannya sudah bukan pasar tradisional lagi, tetapi supermarket. Harganya melambung tinggi,” imbuh bapak 50 tahun ini.

Dengan konsep pertanian yang maju tersebut, maka kesempatan untuk menjadikan pertanian sebagai kawasan wisata pertanian terbuka lebar.

Konsep pertanian modern ini tidak lengkap bila tidak dipadukan dengan konsep pariwisata yang sudah maju di Kota Batu.

Cara sederhana misalnya degan memberikan akses berupa infrastruktur jalan ke kebun di kampung-kampung. Hal itu dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melakukan agrowisata.

”Dengan akses jalan yang memadai dan kebun yang tertata rapi, maka wisatawan pun bisa dengan nyaman petik sayur maupun buah di area green house. Petani selain mendapat penghasilan dari pertanian juga dari wisata,” papar alumni SMAN 1 Batu ini.

Selain itu, bila produknya organik maka wisatawan pun tidak ragu untuk langsung mengonsumsi atau membawanya sebagai oleh-oleh yang sehat.

Masing-masing desa di Kota Batu memiliki karakter untuk tanaman sayur atau buah tertentu. Sehingga, dengan menggalakkan konsep pertanian modern, masing-masing desa akan memiliki komoditas unggulan khas daerah masing-masing.

Misalnya Desa Pandanrejo dengan buah stroberi, Desa Tulungrejo dan Sumbergondo dengan buah apel, Desa Torongrejo dan Kelurahan Temas dengan sayur mayur, Desa Pendem dan Giripurno dengan padi.

Selain itu, hal terpenting lainnya untuk membantu petani adalah adalah dengan membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di masing-masing sektor.

Seperti BUMD untuk air mineral dalam kemasan, BUMD hasil pertanian, BUMD home industry olahan pertanian. Hal tersebut akan menambah pendapatan asli daerah (PAD).

”Harapannya adalah petani ini tidak menghadapi era globalisasi sendirian. Tetapi ada pertolongan dari pemerintah yang memiliki pengetahuan dan ilmu yang bisa dibagi dalam memanfaatkan peluang di zaman global ini,” tandas bapak tiga anak ini.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement




TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES