Pendidikan

Brilian, Ciptakan Pembangkit Listrik dari Limbah Tekstil

Senin, 18 April 2016 - 09:43 | 98.76k
Ketiga siswi SMA Muhammadiyah 1 Babat (MUH1BA) tengah merangkai instalasi listrik ke prototipe. (Foto: Ardiyanto/lamonganTIMES)
Ketiga siswi SMA Muhammadiyah 1 Babat (MUH1BA) tengah merangkai instalasi listrik ke prototipe. (Foto: Ardiyanto/lamonganTIMES)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Untuk kesekian kalinya, siswa-siswi dari SMA Muhammadiyah 1 Babat (MUH1BA), Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Jatim) berhasil menciptakan penemuan yang menakjubkan.

Setelah sebelumnya menemukan pengharum ruangan dari kotoran sapi, AC dari tanah liat, juga menciptakan baterai dari kotoran kambing, yang terbaru siswa MUH1BA membuat alat pembangkit listrik dari limbah tekstil.

Inovasi terbaru ini di suguhkan Annisa Thiara Madhani, Dyah Mita, dan Ayu Nia.

Ketiga siswa itu, melihat limbah tekstil dari proses pewarnaan yang kurang dimanfaatkan. Ide pembuatan pembangkit listrik juga dilandasi krisis energi yang mulai mengancam.

"Kami mencari limbah yang mengandung asam, sulfat sulfit, asam amino dan lain sebagainya," ungkap Annisa.

Ia menjelaskan proses awalnya, limbah cair yang sudah ada dengan mengandung warna kemudian di fermentasi.

"Kami meneliti di dalam limbah yang mengandung H2O, zat organik, yang bisa dimanfaatkan menjadi elektrolit pada pembangkit listrik. Kami memanfaatkan dengan fermentasi selama kurang lebih 1-2 hari," urai Annisa.

Paska fermentasi, limbah cair itu selanjutnya di tuangkan ke dalam tabung-tabung kecil yang sudah disambungkan dengan jembatan garam atau katoda dan anoda. Katoda dan anoda itupun terhubung dengan kabel yang di arahkan ke lampu led.

Dalam proses ini, tiga pelajar ini menggunakan proses biologi, yaitu cod dan bod yang akan memecah zat-zat elektrolit yang ada di air limbah.

"Untuk satu rangkai 2 tabung bisa menghasilkan 1 volt, dalam prototipe sederhana bisa menyalakan 1 lampu led," aku Annisa. Bahkan, rangkaian dalam prototipe sederhana itu bisa pula menyalalan kalkukator, dan jam digital. "Charger handphone juga bisa namun belum maksimal karena arusnya belum stabil," sambungnya.

Annisa menjelaskan, dengan rangkaian yang kecil saja bisa bertahan hingga 3-4 hari, maka jika rangkaiannya lebih besar akan mampu bertahan lebih lama.

"Kalau tempatnya lebih besar lebih lama, karena jumlah elektrolitnya lebih banyak. Kalau menerapkan skala besar bisa pakai waduk dan ada pipa yang menyambungkan," ucapnya.

Bahkan, penemuan mereka bisa di terapkan menjadi energi alternatif pembangkit listrik. "Kami ingin membuat listrik untuk diterapkan di kehidupan nyata, di rumah tangga, selanjutnya penelitian ini bisa dengan voltase lebih besar," pungkas dia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES